Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dalam Wawancara Kerja, Waspadai 2 Pertanyaan Kontra Ini

29 Juni 2020   12:33 Diperbarui: 8 Januari 2024   16:56 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wawancara kerja adalah tahap yang harus dilalui seseorang yang mengincar pekerjaan di perusahaan. Agar mulus melewatinya, perhatikan 2 pertanyaan bertentangan ini.

Bila Anda seseorang yang baru keluar dari sebuah pekerjaan dan tengah bersiap menjalani wawancara kerja, berhati-hatilah terhadap 2 pertanyaan ini. 2 pertanyaan yang sering diajukan pewawancara kerja ini bisa menjadi jebakan maut bagi para pemburu kerja.

Untuk bisa lolos dari sepasang pertanyaan ini, Anda harus mampu bersikap obyektif dan dewasa. Sebab bila emosi Anda terpancing untuk memberikan penilaian subyektif, bisa jadi Anda harus melupakan pekerjaan ini.

Seperti biasa, pewawancara mula-mula akan menyodorkan sebuah pertanyaan bernada positif. Mungkin ia sedang berusaha menciptakan suasana nyaman agar Anda merasa optimis dan terbuka dalam menyampaikan pendapat Anda.

Setelah semangat Anda terangkat, sang pewawancara baru akan memberikan pertanyaan dari sisi sebaliknya. Anda harus menilai sisi-sisi "negatif" obyek yang menjadi bahasan wawancara.

Dalam 2 artikel sebelumnya saya telah membahas pertanyaan tentang keunggulan dan kelemahan diri sendiri. Kini saatnya Anda diminta mengungkapkan kebaikan dan kekurangan orang lain.

Baca juga 2 Strategi Penting Menjawab Pertanyaan Wawancara Kerja:

1. Mengapa Pewawancara Kerja Sering Menanyakan Ini dan Bagaimana Menyikapinya?

2. Bagaimana Caranya Mengungkapkan Kelemahan Kita dalam Wawancara Kerja?

Wawancara Kerja: Pertanyaan Nyaman Belum Tentu Aman

Menceritakan kebaikan orang tentu menimbulkan perasaan nyaman. Tak kan ada beban di hati. Bahkan kita bisa merasa berjasa bagi orang yang menjadi obyek cerita kita.

Bila Anda baru keluar dari pekerjaan, atau resign bahasa kerennya, mungkin Anda akan mendapatkan pertanyaan yang satu ini. Ya, pewawancara kerja suka mengorek pendapat kita mengenai kebaikan mantan kita. Maksud saya mantan atasan dan mantan institusi tempat kita pernah bekerja.

Mungkin Anda berpikir, "Apa susahnya nyeritain kebaikan orang?" Pikiran yang nggak keliru. Namun tak selalu gampang menjalankannya.

Dengan demikian, Anda tetap harus mewaspadai pertanyaan "gurih" ini. Pujian-pujian yang Anda lontarkan bagi sang mantan tidak selalu membawa akhir yang menggembirakan.

"Manajer saya orangnya sangat baik dan bisa memahami kondisi karyawan. Dia sering mengizinkan saya mengantar anak ke sekolah sebelum saya berangkat ke kantor."

Sebuah pernyataan yang baik, bukan? Ucapan Anda yang seperti ini tentu saja menyenangkan mantan bos Anda.

Masalahnya, Anda tidak sedang ngobrol di warung kopi. Wawancara kerja adalah aktivitas yang seringkali berbeda jauh dengan kegiatan ngopi yang bisa dilakukan dengan santuy. Bagi sebuah institusi yang sangat menjunjung budaya disiplin, perkataan itu menjadi petunjuk bahwa Anda bukan orang yang mereka inginkan.

Coba bayangkan jika perusahaan yang sedang Anda lamar menerapkan budaya disiplin yang ketat. Kira-kira bagaimana nasib lamaran Anda seusai Anda mengemukakan "pujian indah" itu?

Wawancara Kerja Adalah Tahapan Penting, Siapkan 3 Strategi Ini

Jadi bagaimana baiknya? Berikut ini 3 hal yang semoga bisa membantu Anda menjawab pertanyaan ini tanpa meninggalkan ganjalan bagi sang pewawancara.

  1. Hindari ungkapan-ungkapan yang "nyerempet-nyerempet" ke arah pelanggaran ketentuan atau etika yang berlaku secara umum. Dalam contoh di atas, "pelanggaran" disiplin jam kerja mungkin bisa ditolerir oleh beberapa perusahaan. Namun pada umumnya perusahaan-perusahaan berskala besar sangat menjaga disiplin kerja.
  2. Berusaha mengenali budaya perusahaan yang menjadi dambaan Anda. Kasus di atas menunjukkan bahwa calon pegawai tidak mengenal budaya perusahaan dalam menjalankan disiplin kerja.
  3. Jika harus memuji mantan atasan atau perusahaan, sampaikan sewajarnya saja. Tidak perlu berusaha menampakkan diri sebagai "anak baik" dengan pujian setinggi langit.

Bila menjawab pertanyaan menyangkut kebaikan orang saja harus hati-hati, apalagi untuk memenuhi permintaan yang sebaliknya. Pewawancara yang merasa puas dengan jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya, biasanya akan melanjutkan dengan pertanyaan yang lebih sulit.

Kemungkinan berikutnya, pewawancara akan meminta Anda membeberkan kekurangan-kekurangan perusahaan yang pernah Anda naungi. Jika benar demikian, maka Anda sedang berhadapan dengan sebuah pertanyaan yang bisa menjelma menjadi buah simalakama.

Salah satu dampak buruk dari pertanyaan ini terjadi ketika ia berubah menjadi arena curhat. Lampu merah bisa menyala seketika jika Anda masuk perangkap dengan melontarkan keluhan. Anda akan tampak sebagai beban yang bakal memberati perusahaan ketimbang seseorang yang menjanjikan perbaikan kinerja perusahaan.

Tips Paten dari Paul Falcone

Paul Falcone, seorang pembicara dan penulis buku-buku laris dalam bidang manajemen perekrutan dan kinerja, memberikan beberapa tips menghadapi pertanyaan ini. Dalam buku 96 Pertanyaan Penting untuk Merekrut Karyawan Andal, Falcone menekankan pentingnya mengungkapkan penilaian yang bersifat obyektif dan tidak terkesan menyalahkan orang lain.

Jika harus menyampaikan sebuah kekurangan, ungkapkan hal-hal yang tidak menyerang secara pribadi. Lebih baik mengutarakan kondisi atau penghambat yang memang harus terjadi dan tidak dapat dihindari.

Meskipun demikian, penyampaiannya tetap harus dilakukan secara hati-hati. Dan, lagi-lagi, pengetahuan Anda mengenai perusahaan atau institusi yang Anda lamar bisa sangat membantu Anda terlepas dari "jebakan" yang membahayakan.

Sebagai contoh, Anda menyampaikan bahwa kekurangan perusahaan yang Anda tinggalkan adalah mudahnya perusahaan memindahkan karyawan keluar dari homebase-nya. Pernyataan ini bisa menjadi bumerang yang langsung melumpuhkan Anda bila perusahaan yang Anda incar justru tengah menjalankan program mutasi pegawai antar daerah.

Satu hal penting lainnya menyangkut konsistensi. Jika pada awal wawancara, Anda mengumbar pujian terhadap budaya kerja yang diterapkan institusi lama, jangan kemudian mencelanya ketika diminta oleh pewawancara.

Itulah 2 pertanyaan yang sering dilontarkan pewawancara dalam wawancara kerja. Keduanya bisa melapangkan jalan Anda menuju pekerjaan idaman. Namun sebaliknya juga bisa menjadi aral yang membuyarkan mimpi Anda.

Jadi, jangan pernah sia-siakan saat mendapat kesempatan, karena wawancara kerja adalah bagian menentukan dalam proses rekrutmen perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun