Sudah memahami keunggulan diri sendiri? Pahamilah bila Anda sedang mencari kerja, sebab hal ini menjadi salah satu objek yang diincar dalam wawancara kerja.
Seseorang yang telah merasakan bekerja pada suatu institusi atau perusahaan, hampir pasti pernah melewati tahap seleksi yang satu ini. Ya, sebuah tahapan kritis ketika seorang pencari kerja menghadapi seorang atau beberapa orang  pewawancara kerja.
Seringkali terjadi, fase ini menjadi batu sandungan hasrat hati seseorang memasuki dunia kerja. Saya pun acap mengalaminya.
Ketika saya dalam tahap memburu kerja, kadang-kadang saya juga merasakan wawancara kerja sebagai momok yang cukup menakutkan. Dalam beberapa kesempatan, harapan saya terganjal oleh "makhluk seram" bernama pewawancara kerja.
Setelah melalui serangkaian kegagalan, suatu saat saya berhasil melewati titian yang kerap menjatuhkan kandidat pekerja ini. Tak dinyana, bahkan di sebuah perusahaan saya sempat beberapa waktu ngicipin rasanya menjadi pewawancara kerja.
Terdapat sekian banyak jenis pertanyaan yang sering diajukan seorang pewawancara kerja. Di antara sekian banyak pertanyaan, saya mengingat sebuah pertanyaan hampir selalu meluncur dari bibir para pewawancara kerja.
Pertanyaan yang saya maksudkan adalah permintaan sang pewawancara agar kandidat yang diwawancarainya menceritakan keunggulan yang dimilikinya.
Urusan wawancara kerja, baca juga yang ini: Gagal Saat Wawancara Kerja? Beberapa Hal Ini  Bisa Jadi Penyebabnya
Pertanyaan tentang Keunggulan Diri Sendiri Gampang Dijawab?
Sepintas terasa bahwa pertanyaan ini sangat menguntungkan seorang kandidat pekerja. Coba saja bayangkan suasana ketika kita diminta menceritakan kehebatan kita.
Menceritakan hal-hal yang merupakan keunggulan diri sendiri tentu saja sangat menyenangkan. Bahkan tak jarang ia membikin kita serasa melambung ke atas awan.
Hal yang sama dikemukakan oleh Paul Falcon dalam buku yang mengupas tentang wawancara kerja berjudul 96 Pertanyaan Penting untuk Merekrut Karyawan Handal.Â
Dalam buku yang sempat meraih predikat "National Best Seller" di Negeri Paman Sam itu, Paul Falcon menyatakan bahwa pada umumnya orang suka berbicara mengenai apa yang membuat mereka menjadi spesial dan apa yang mereka sukai.
Benarkah para kandidat karyawan akan selalu diuntungkan dengan cerita-cerita yang mengumbar keunggulan-keunggulan mereka?
Wawancara kerja juga ada puisinya: Puisi | Wawancara Kerja
Hati-Hati, Ada Keunggulan yang Justru Menjatuhkan
Setiap institusi atau perusahaan tentu berharap memiliki pegawai atau karyawan yang unggul. Manajemen perusahaan sering  memanfaatkan sesi wawancara kerja sebagai salah satu sarana mengorek keterangan para kandidat pekerja terkait keunggulan mereka.
Dalam hal ini, seorang kandidat pegawai memiliki kesempatan untuk mempromosikan diri mereka. Sang kandidat bisa mengungkapkan berbagai kemampuan yang menjadi pembeda mereka dengan kandidat lainnya, baik menyangkut kemampuan teknis individu maupun kemampuan sosial dan berorganisasi.
Namun ada rambu-rambu yang harus selalu diwaspadai. Saya mencatat setidaknya terdapat dua kondisi yang justru bisa menjatuhkan seorang kandidat ketika ia tengah bersemangat dengan cerita-cerita kehebatan dirinya.
1. Siapkan Bukti-Bukti yang Mendukung Keunggulan Diri Sendiri
Pertama, seorang pewawancara kerja tentu tak akan manggut-manggut saja mendengar "kicauan" orang di hadapannya. Ia telah menyiapkan pertanyaan lanjutan untuk membuktikan kebenaran klaim-klaim yang diproklamirkan sang kandidat. Mereka akan membuktikan, apakah benar seseorang mempunyai kemampuan seperti yang diucapkan atau sekadar membual.
Pewawancara kerja akan minta bukti-bukti sahih akan kepiawaian orang yang diwawancarainya. Misalnya, jika Anda mengaku jago mengolah data, ia akan minta Anda menunjukkan portofolio hasil kerja Anda. Sebelum sesi wawancara pun, pihak pewawancara pasti telah menelusuri bio Anda.
Contoh lainnya, jika Anda mengaku hebat dalam berorganisasi, pewawancara bisa melihat riwayat organisasi yang Anda ikuti. Data semacam itu bisa diintip dari CV dan berkas-berkas yang menyertainya.Â
Cara Anda berkomunikasi sepanjang sesi wawancara juga menjadi "incaran" pewawancara karena secara tidak langsung bisa menunjukkan tingkat kemampuan Anda dalam berkomunikasi dan berorganisasi.
Jadi, meskipun keunggulan-keunggulan seseorang bisa menjadi nilai tambah untuk memuluskan jalan meraih posisi, ia juga bisa berubah menjadi kartu mati bila tak disambut dengan hati-hati.
2. Kenali Posisi yang Anda Kehendaki
Kedua, keunggulan-keunggulan yang Anda miliki dan Anda ceritakan bisa menjadi sarana pewawancara untuk memutuskan bahwa Anda bukan orang yang tepat menduduki posisi yang ditawarkan perusahaan. Alasannya, kompetensi dan ambisi yang Anda miliki, tidak sesuai dengan posisi yang Anda ingini.
Sebelum mengajukan lamaran kepada sebuah perusahaan, sebaiknya Anda mengenali perusahaan dan posisi yang Anda incar. Pengenalan ini bisa sangat membantu karena manajemen perusahaan, dalam hal ini diwakili oleh pewawancara kerja, juga memiliki kebanggaan ketika perusahaan yang mereka kelola banyak dikenal orang.
Selain itu, dalam konteks wawancara kerja, pengenalan posisi menjadi sebuah kewajiban bagi orang yang melamar posisi tersebut. Cerita yang menggebu-gebu perihal keberhasilan Anda beberapa kali promosi hanya dalam waktu singkat tak selalu disambut hangat.
Hal itu bisa terjadi tatkala posisi yang tengah Anda incar tak menawarkan peluang promosi yang luas. Sebuah keadaan yang membuat perusahaan menginginkan karyawan yang cukup berpuas diri dengan ragam pekerjaan dan peluang naik kelas yang serba terbatas.
Peluang kegagalan semacam itu bisa dikurangi jika Anda lebih mendalami posisi yang Anda minati serta karakter perusahaan yang Anda incar. Sikap Anda dalam sesi wawancara tentu harus menyesuaikan dengan keinginan perusahaan.Â
Selain tentu saja banyak faktor lainnya yang bisa memengaruhi keputusan tim pewawancara kerja akan nasib Anda.
Jadi, untuk memperbesar peluang lolos wawancara kerja, sebaiknya Anda mengenali keunggulan diri sendiri dan mampu mengungkapkannya dengan bijaksana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI