Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Inikah Akhir Tragis Kisah Hidup si Kancil Milenial?

19 Mei 2020   13:14 Diperbarui: 27 Januari 2024   20:04 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sempatkan juga Anda mengunjungi kisah seru Kancil Milenial lainnya: "Kancil Milenial dan Hoaks yang Gagal" dan "Mampukah Kancil Milenial Menyingkirkan si Corona Bengal dari Hutan Cengkar?".

Kesulitan hidup yang nyaris serupa dialami si Kancil. Pemerintahan Raja Singa di Hutan Cengkar, tempat bermukim si Kancil, juga telah cukup lama menerapkan pelbagai pembatasan bagi warga hutan. Meskipun penerapannya terkesan tambal sulam dan tanpa ketegasan. Alhasil banyak warga hutan yang mematuhi anjuran para aparat Kerajaan Cengkar justru mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Contohnya si Kancil. Sejak diberlakukannya pembatasan-pembatasan oleh pemerintah hutan, dirinya nyaris sepanjang hari berdiam diri di sarang. Ia telah berusaha keras menahan diri meskipun banyak penduduk hutan tampak tak begitu peduli. Setelah bertahan sekian lama, si Kancil pun mulai menunjukkan gejala depresi. Kondisi demikian menyebabkan dirinya kini bersikap "terserah".

Selain itu, ia tak lagi leluasa menyalurkan hobinya memperdaya binatang-binatang di kawasan hutan Cengkar. Pada masa sekarang ini, kebanyakan binatang juga memilih tinggal di sarang mereka. Masih beruntung binatang-binatang pemakan rumput dan dedaunan. Sumber makanan mereka tersedia cukup melimpah di sekitar sarang. Sedangkan menu utama makan si Kancil berupa ketimun hanya tersedia di sepetak kecil ladang Pak Tani yang terdapat di sebuah Desa terpencil di pinggir hutan. Kini ia telah berada di sana.

Kedua hal itulah, kelaparan dan depresi, yang membuat si Kancil frustrasi dan tak mampu menjaga keselamatan diri. Menyaksikan buah ketimun yang begitu ranum, yang sekian lama tak ditemuinya, si Kancil menjadi lupa diri. Tanpa berpikir panjang dan menimbang-nimbang, ia langsung melahap ketimun-ketimun ranum itu melebihi takaran perutnya. Tak lupa, si Kancil berniat menimbun ketimun untuk dibawa ke sarangnya. Selain sebagai persediaan pangan bagi dirinya, barangkali saja ia bisa menjual dengan harga mahal ketimun-ketimun itu kepada warga hutan yang sedang dilanda kesulitan.

Pak Tani sendiri telah banyak belajar dari pengalaman. Metode jebakan menggunakan orang-orangan sawah yang dilumuri getah buah nangka terbukti tidak efektif memperdaya Kancil. Maka, Pak Tani yang cukup canggih itu mendapatkan ide perangkap baru hasil browsing-nya di internet. Sebuah video tutorial berjudul "Terkuak, Rahasia Menangkap Kancil, Dijamin 3 Menit Berhasil" telah menginspirasi Pak Tani.

Ibarat peribahasa "Pucuk dicinta ulam tiba", Pak Tani mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya. Masa paceklik pendapatan menjelang hari Lebaran sempat membuat Pak Tani kelabakan. Ia merasa tak kan mampu menyenangkan hati istri dan anak-anaknya lantaran tak sanggup menyediakan makanan yang enak pada hari kemenangan.

Eh, ndilalah-nya, si Kancil terperangkap dalam lubang yang dipasangnya di tengah ladang. Ya sudah kebetulan sekali, ia tak perlu pusing-pusing lagi memikirkan hidangan buat keluarga saat Lebaran nanti.

Tinggallah kini si Kancil menekuri nasib yang seakan-akan tak berpihak kepada dirinya. Sekira seminggu lagi Lebaran akan menyambangi. Dalam sedikit waktu itulah harapan yang dipunyai. Sayang sekali, akal licik si Kancil seperti tak bersisa di otaknya kali ini.

Apakah nasib si Kancil akan benar-benar tenggelam di ujung sebilah pisau tajam? Sebegitu tragis kah akhir hidup si Penipu Licik yang termasyhur akan kecakapannya mengelabui binatang-binatang hutan? Ataukah diam-diam ia telah menyimpan sebuah strategi jitu untuk mengelabui Pak Tani yang lugu?

Untuk mengetahui peruntungan si Kancil berikutnya, silakan tunggu lanjutan kisah ini hanya di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun