Apalagi bila deadline telah menanti di depan mata. Bisa jadi, halaman-halaman lain yang kita lewati justru lebih banyak berisi hikmah dan tambahan wawasan.
Beberapa buku bertema cara membaca yang efektif memang tidak selalu mengarahkan kita untuk membaca seluruh isi buku sejak pengantar hingga penutup.
Adakalanya mereka menyarankan kepada kita agar melewati saja beberapa halaman atau bab yang tidak sesuai dengan kebutuhan kita.
Namun jika mengharapkan proses membaca sebagai suatu keasyikan tersendiri, barangkali cita-cita untuk mendapatkan kenikmatan membaca tidak akan kesampaian.
Ketergesaan akibat dikejar deadline atau keinginan untuk menulis sebanyak-banyaknya sangat mungkin menjadi penyebab munculnya ketidaknyamanan dalam membaca.
Tidak ada salahnya mencari referensi tulisan dari bacaan-bacaan baik berupa artikel lepas maupun buku. Bagaimanapun, tulisan yang menyuplik sedikit kutipan dari sebuah buku---terutama buku-buku terlaris karya penulis-penulis tenar---bisa menyedot minat pembaca untuk singgah.
Namun ketika model membaca semacam ini menjadi kebiasaan, dan tidak dibarengi dengan membaca buku-buku yang memang menarik minat kita, ia berpotensi menjadi perusak pola membaca kita.
Memperoleh Manfaat Membaca
Saya cukup khawatir, pola membaca yang kurang baik nantinya bakal mengaburkan manfaat membaca yang dilakukan secara benar.
Katakanlah, sebuah fungsi membaca yang disampaikan oleh Hernowo dalam "Mengikat Makna", yakni untuk menggerakkan pikiran.
Hernowo memberikan tiga syarat bagi sebuah kegiatan membaca agar berdaya menggerakkan pikiran sang pembaca. Syarat pertama harus diupayakan oleh penulis buku, syarat yang kedua diusahakan oleh pembaca, sedangkan yang ketiga semestinya dilakukan kedua pihak untuk bisa berjalan efektif.