"Enak ya, kalian. Bisa pulang cepat, buka puasa bersama keluarga!" kata Agus, di tengah kesibukan rekan-rekan kerja di ruangan itu mengemasi peralatan kerja. "Jam empat kalian sudah bisa pulang, sedangkan kami tetap kerja hingga malam."
Dengan santai Wawan, si penghuni ruangan, menanggapi ucapan bernada iri Agus, "Sebenarnya kalian juga bisa ikut aturan jam kerja Ramadan, lho!"
"Wah, mana mungkin," tukas Tanto, rekan se-Bagian Agus, "Jam segitu kami baru mau mulai kerja babak kedua!"
Sore itu Agus dan Tanto mendatangi ruang Marketing tempat Wawan menjalankan tugas-tugasnya saban hari. Dan mereka berdua sengaja datang menjelang jam 16:00, saat rekan-rekan mereka bersiap meninggalkan kantor. Mungkin kedua sahabat itu bermaksud lebih mendramatisir perasaan mereka yang akan ditinggal pulang oleh sobat mereka yang berbeda Bagian.
"Makanya kreatif, dong," ucap Wawan lagi, sembari mematikan komputernya.
"Kreatif gimana?!" Agus dan Tanto berucap hampir bersamaan, dan keduanya tampak sama-sama ngotot. Sementara si Wawan santuy aja terus ngeberesin berkas-berkas yang berhamburan nyaris memenuhi mejanya.
"Kamu pikir kami kerja santai-santai aja?" Agus melanjutkan ungkapan kekesalannya yang semakin memuncak.
"Sabar, dong," lanjut Wawan, "Coba kalian terapkan aturan itu tidak secara absolut, tapi dari makna yang tersirat di dalamnya."
"Udah, nggak usah ngalor ngidul, katakan saja apa maksudmu." Kali ini Tanto kelihatan sangat emosional saat menanggapi ucapan Wawan.
Sembari meraih tas selempang dari meja kerjanya, Wawan menjawab, "Jam pulang kita kan maju setengah jam dari biasanya, to? Jadi karena kami biasa pulang jam setengah lima sekarang bisa pulang jam empat."
Wawan melangkah menuju pintu keluar sambil berucap, "Sementara itu, kalau kalian biasanya pulang jam sembilan malam, sekarang bisa pulang setengah jam lebih awal, jam 20:30!!!"