Saat kita merasa sudah cukup dengan proses pengeditan, tiba waktunya tulisan kita tayangkan. Masalah rating, komentar dan berbagai hal terkait penilaian, sudahlah tak usah terlalu dipusingkan.Â
Kalau hal-hal semacam itu terlampau kita pikirkan, jangan-jangan malah menjadi beban. Bukankah salah satu tujuan kita menulis untuk menjaga kesehatan?Â
Upaya yang kedua, berhubungan dengan kekhawatiran akan terbongkarnya rahasia trauma kita. Dalam urusan ini, barangkali kanal fiksi bisa memberi solusi.Â
Namun sebelum melangkah ke sini, ada cara yang lebih gampang diikuti. Simpan saja tulisan di laci, atau hancurkan sekalian hingga tak bersisa lagi. Â
Kanal fiksi bisa menjadi pilihan jika kita tetap ingin memublikasikan karya kita. Kategori tulisan fiksi bisa menjadi semacam "masker" yang akan mengaburkan tokoh-tokoh dalam cerita.Â
Kita bisa membikin cerita berkategori fiksi untuk meng-kamuflase kisah nyata seakan-akan imajinasi belaka. Kalau belum terbiasa menulis fiksi, banyak kok contoh yang bisa menjadi inspirasi. Di Kompasiana bertabur jagoan fiksi dengan kemampuan yang sangat mumpuni.Â
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo segera menulis. Mumpung lagi banyak waktu ketika kita hanya bisa beraktivitas #diRumahAja.Â
Referensi: Buku "Quantum Writing" karya Hernowo, Penerbit MLC, Bandung dan Wikipedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H