Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Semangkuk Sup Ayam yang Meluruhkan Keraguan

3 April 2020   06:42 Diperbarui: 4 April 2020   01:34 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya begitu tertarik untuk menulis tentang Salome Bey sesaat setelah menyaksikan secara langsung pertunjukan musik yang digelarnya. 

Penampilan Bey yang amat memukau kala itu tak mendapat apresiasi yang semestinya. Separuh kursi yang memenuhi ruangan tempat pertunjukan tak terisi. Keadaan menyedihkan itulah yang mendorong saya berhasrat mempromosikan sang artis.

Esok hari seusai malam pertunjukan, saya menelepon penyelenggara konser. Dengan gaya seorang penulis profesional, saya meminta mereka menyambungkan telepon dengan Bey. 

Sebenarnya perasaan saya mendadak gagap begitu tersambung dengan Nona Bey. Dan entah keberanian dari mana yang menuntun saya mengucapkan sebuah kalimat yang bahkan mengangetkan diri saya sendiri.

“Halo, Nona Bey,” saya menyapanya dan kemudian memperkenalkan diri saya sebagai seorang penulis. Lalu saya melanjutkan dengan ucapan tak terduga itu, “Saya sedang menulis artikel untuk majalah Essence, mengupas prestasi menyanyi Anda. Apakah kita bisa bertemu dan ngobrol tentang karier Anda?”

Bukan hanya mengaku bahwa diri saya seorang penulis, bahkan saya berbohong besar dengan merasa diri pantas menulis untuk majalah sekelas Essence. Dan yang lebih parah lagi, Salome Bey tidak menyadari adanya penipuan ini. Penyanyi dan penulis lagu itu mengiyakan saja permintaan saya.

Hari-hari berikutnya saya lalui dalam kekalutan. Betapa tidak, saya harus mewawancarai seorang artis nyaris tanpa bekal kemampuan dan pengetahuan apapun. 

Hanya dengan sedikit kemampuan komunikasi yang saya miliki ditambah usaha keras mencari informasi ke sana kemari, saya pun bisa menyelesaikan sesi wawancara yang mengerikan itu. Namun permasalahan yang lebih besar segera menghadang di depan mata. Jangankan menulis artikel untuk majalah berskala nasional, menulis daftar belanja yang rapi pun mungkin saya tak bisa melakukannya.

Maka, ibarat telanjur basah ya mandi sekalian. Melalui tahap konsep dan penyuntingan yang berulang-ulang, akhirnya saya selesai mengepak naskah dalam sebuah amplop dan memasukkannya ke dalam kotak surat. Setelah itu, saya melupakan sama sekali urusan dengan Salome Bey dan Essence.

Keraguan yang Merugikan 
Sekelumit kisah di atas dialami oleh seorang penulis bernama Nora Profit. Kisah itu menjadi salah satu cerita yang dimuat dalam buku “Chicken Soup for the Writer’s Soul”. 

Jack Canfield dan kawan-kawannya yang terkenal dengan buku-buku berisi kisah-kisah motivasi dalam serial Chicken Soup menyajikan banyak cerita dari para penulis yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

Ilustrasi: buku (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi: buku (Dokumentasi pribadi)
Lantas, apakah naskah yang dikirimkan dengan penuh keraguan oleh Nora Profit itu akhirnya berhasil menembus majalah Essence? Ternyata tidak!

Hanya saja penyebab gagal tayang artikel Nora bukan karena kualitas naskahnya tak memenuhi kualifikasi untuk tampil di majalah kaliber nasional. Kegagalan itu bersumber dari sikap sang penulis sendiri yang tidak memiliki kepercayaan diri.

Lima tahun setelah mengeposkan naskahnya, tanpa sengaja Nora menemukan sepucuk surat yang dulu dicampakkannya ke dalam lemari pakaian karena meyakini bahwa surat dari editor Essence itu berisi penolakan. 

Ketika dibuka, ternyata surat itu mengabarkan bahwa editor memberikan apresiasi yang tinggi atas naskah yang dikirimkannya. Sang editor minta Nora menambahkan beberapa kutipan ke dalam artikelnya agar bisa diterbitkan dalam edisi berikutnya.

Nasi telah menjadi bubur. Memang sudah terlambat bagi Nora sehingga ia harus kehilangan potensi pendapatan dari honor dan peluang menyaksikan hasil karyanya tampil dalam sebuah majalah besar.

Namun kejadian yang menyesakkan itu menjelma sebagai sebuah pelajaran berharga baginya. Dan tahun-tahun berikutnya Nora Profit telah memiliki keyakinan diri yang tinggi untuk menjalani karier sebagai seorang penulis lepas penuh waktu.

Sejumlah Kisah yang Menggugah 
Selain kisah yang disumbangkan oleh Nora Profit, ada juga cerita seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang penulis. Ia telah menghasilkan sekian banyak tulisan yang tersebar di berbagai penerbitan. 

Namun demikian, ia merasa masih ada yang kurang pada dirinya. Anak lelakinya pernah mengungkapakn bahwa ia merasa tidak diperhatikan karena sang ibu tidak pernah mengarang cerita anak-anak bagi dirinya.

Ia pun lantas berusaha keras untuk mewujudkan keinginan anaknya itu. Sebuah upaya yang tidak ringan karena genre tulisan yang biasa dikerjakannya bukanlah cerita anak-anak. Namun tekad seorang ibu untuk menyemangati anaknya mendorongnya untuk tak berhenti berusaha.

Setelah empat tahun selalu mendapatkan penolakan, ditambah dua tahun proses penerbitan, buku cerita anak itu akhirnya mewujud. Dan anak lelaki yang telah menanti sejak ia masih berusia enam tahun hingga duduk di kelas enam SD itu sangat bangga ketika menghadiri acara penyerahan buku karya sang ibu kepada perpustakaan sekolahnya.

Banyak lagi kisah lain yang bisa menggugah semangat para (calon) penulis ditampilkan penyusun buku ini. Selain cerita nyata para penulis, lembaran-lembaran buku ini juga dihiasi cukup banyak kutipan inspiratif dan karikatur dengan sentilan-sentilan yang kocak.

Secara keseluruhan terdapat 48 kisah dalam buku setebal 201 halaman ini. Semua kisah bertutur tentang seluk-beluk dunia kepenulisan. Tentang pelbagai kesulitan yang dihadapi penulis dan tentu saja hikmah yang kemudian bisa diambil dari cara mengatasi kesulitan-kesulitan mereka.

Karena telah diterbitkan dalam sebentuk buku, tentu kita pun bisa menikmati berbagai cerita seru dan kemudian memetik hikmah dari kisah-kisah itu. Kata sebuah pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik. Dan pengalaman orang lain termasuk guru baik yang bisa kita pelajari tanpa kita harus mengalaminya sendiri.

Referensi:

“Chicken Soup for the Writer’s Soul”, Jack Canfield, dkk, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun