Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ketika Orang "Semena-mena" Memberi Nama Makanan

12 Maret 2020   16:46 Diperbarui: 13 Maret 2020   14:12 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Suatu sore saat perut berdenyut-denyut, saya menyingkap tudung saji di atas meja makan. Sudah pasti rasa lapar di perut yang menuntun saya mencari sesuap dua suap kudapan.

Memang rezeki tak kan lari dari tudung saji. Di balik penutup makanan berbahan rotan, teronggok dua potong penganan. Sebuah di antaranya menarik perhatian saya. Penganan itu berbentuk lingkaran dengan warna coklat berbintik-bintik putih, dan agak menggelembung pada bagian tengah.

Nyaris saja sepotong penganan itu langsung "lheb", meluncur deras melalui kerongkongan guna mendiamkan rongga perut yang berisik merindukan makanan. Bila hal itu yang terjadi, sepertinya cerita ini hanya akan berhenti sampai di sini.

Terhalang Rasa Penasaran
Entah malaikat mana yang tiba-tiba menghampiri dan membisikkan anjuran untuk menunda santap petang saya. Tangan yang telah telanjur terjulur ke mulut yang berlumur liur, tertahan sejenak untuk kemudian surut sebelum menyentuh mulut.

Sebenarnya sudah beberapa kali saya mendapati model makanan seperti ini. Namun entah kenapa, kali ini timbul tanda tanya dalam hati. Rasa penasaran menggoda otak saya memerintah hati agar membisiki perut untuk bersabar sebentar dari rasa lapar. 

Saya merasa perlu mengetahui dulu barang sedikit informasi tentang kue ini, sebelum nantinya teraduk lembut dalam rongga perut.

Maka, saya tenteng sebuah piring kecil berisi makanan kecil, dan saya sorongkan kepada istri yang tengah sibuk mengelap kursi. Segera saja saya mengajukan sebuah pertanyaan, "Ini kue apa sih, kok jarang lihat?"

Setelah mengerling sesaat, istri saya menjawab singkat, "Donat. Itu donat ayam."

Jleger!!! Tiba-tiba saja seperti datang sekelebat petir menyambar kepala yang mulai ditumbuhi uban meskipun saat itu tiada angin tiada hujan. Ini donat?!

Definisi Kue Donat
Apa yang Anda bayangkan tentang donat? Makanan berbentuk lingkaran yang ada lubang di tengahnya? Atau kue serupa cincin atau gelang yang---tentu saja--tengahnya bolong?

Jika seputar itu jawaban Anda, saya juga membayangkan hal yang serupa. Inti dari kue donat, yang seharusnya menjadi pembeda dengan jenis kue yang lainnya, adalah lubang yang berada di tengah-tengahnya.

Untuk lebih meyakinkan pemahaman tentang hal ini, saya pun bergegas membuka gawai dan mencari arti kata "donat" dalam KBBI Daring. Berikut ini petunjuk yang disampaikan oleh KBBI.

"Donat adalah kue yang dibuat dari tepung terigu, mentega, gula, dan sebagainya, berbentuk bundaran yg berlubang di tengahnya." Ternyata penyusun KBBI pun membayangkan kue donat dengan wujud yang tak berbeda dengan bayangan yang ada dalam benak saya.

Kalau masih belum yakin juga, tengoklah makna donat dalam bahasa orang sejagat. Dalam bahasa Inggris, orang menjuluki jenis kue ini dengan dua macam sebutan, yakni doughnut dan donut.

Dalam sebuah artikel di Detik dijelaskan bahwa sebagian besar panduan kebanyakan kamus lebih suka menggunakan kata "doughnut". 

Selanjutnya dikemukakan juga bahwa kata "doughnut" lebih disukai oleh pemandu gaya kamus bahasa. Sementara itu, istilah "donut" telah menjadi pengganti yang diterima masyarakat sebagai leksikon.

Kamus Merriam-Webster mendefinisikan kata "doughnut" dan "donut" dalam kalimat yang sama, yakni "a small usually ring-shaped piece of sweet fried dough". Dalam definisi tersebut terkandung istilah "ring-shaped" yang secara harfiah bisa berarti berbentuk cincin. Mungkinkah ada cincin yang tak berlubang di tengahnya?

Bebas Memberi Nama Makanan
Lantas, sebenarnya faktor apa yang menimbulkan perasaan "jleger!!!"? Lihatlah makanan ini. Kue yang dibeli istri saya di sebuah pasar tradisional itu tidak memiliki lubang pada bagian tengahnya. Namun, dengan "semena-mena" orang menamakannya donat.

ilustrasi: donat ayam| Dokumentasi pribadi
ilustrasi: donat ayam| Dokumentasi pribadi
Waduh, mbok ya tunggu sebentar to, Bu. Apa Ibu ndak kasihan sama Pusat Bahasa? Sudah lama lho mereka merancang dan menetapkan definisi donat dalam kamus bahasa Indonesia. Saya pikir demikian juga dengan penyusun kamus bahasa Inggris.

Urusan ini barangkali tak akan sampai ke pengadilan. Saya meyakini bahwa tidak ada sepasal pun aturan dalam hukum positif di Indonesia yang menyatakan bahwa kue donat wajib bolong di tengahnya. 

Orang tak akan menjadi penghuni penjara atau membayar denda hanya karena memberi nama "donat" bagi penganan yang tak berlubang pada bagian tengah.

Saya hanya sedikit merasa cemas, mungkin suatu saat nanti orang akan bingung karena deskripsi donat menjadi tak jelas. Kelak tak ada lagi definisi yang sanggup mewakili kondisi kue donat, dan mungkin juga jenis-jenis kue yang lain.

Jika kue tak berlubang bisa disebut donat, berarti makanan yang ketika dibuat tidak dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa bisa juga dibilang ketupat. Atau mungkin kini telah ada makanan berwujud cairan yang dinamai kerupuk?

Namun setelah ngoceh ke sana kemari saya jadi berpikir, jangan-jangan saya yang keliru memahami urusan donat ini. Apakah mungkin ada lubang kecil yang tak terlihat mata telanjang di tengah kue itu? Haruskah saya menggunakan kaca pembesar atau bahkan mikroskop untuk bisa melihat lubang itu karena saking kecilnya?

Bisa jadi seperti itu ya. Toh, sampai saat ini saya tidak pernah menemukan ketentuan yang mengatur tentang ukuran minimal diameter lubang yang berada di tengah-tengah kue donat. Jadi, orang bebas membuat lubang sekecil apapun pada kue donat yang mereka buat.

Sayang sekali kue itu kini telah tandas tanpa bekas. Kalau belum, mungkin saya bisa membawanya ke laboratorium. Begitulah yang terjadi, rasanya sulit sekali menahan barang sebentar seseorang yang sedang didera rasa lapar.

Sebagai penutup, ini bukan persoalan penting yang harus membikin kepala Anda menjadi pening. Saya berharap tak ada jidat yang sampai terlipat. Dan saya akan sangat bersyukur bila pembaca tersenyum simpul karena merasa terhibur.

Referensi: 1, 2, 3, 4.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun