Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kalau Haydn Menggubah "Farewell Symphony," Kita Bisa Melakukan 5 Langkah Ini Ketika Minta Cuti

11 Februari 2020   15:25 Diperbarui: 15 Februari 2020   18:30 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pexels.com/roman koval

Anda sudah mengajukan permohonan cuti sekian bulan tetapi belum mendapatkan persetujuan atasan? Sepertinya cukup banyak pegawai yang pernah mengalami kejadian seperti ini ya?

Mungkin Anda bisa meniru cara Franz Joseph Haydn minta cuti kepada bosnya. Bukan hanya mengabulkan permintaan cuti bagi dirinya, melainkan sang bos seketika memberikan izin liburan bagi semua anggota tim orkestra yang dipimpin Haydn. Kok bisa?

"Farewell Symphony", Cara Haydn Minta Cuti
Pada tahun 1772, Haydn bekerja sebagai seorang konduktor orkestra pada sebuah kerajaan. Sekian lama Haydn bersama para pemain musik dalam orkestranya tinggal di istana dengan meninggalkan keluarga mereka. Karena kerinduan mereka kepada keluarga, para pekerja musik itu mengajukan permohonan liburan kepada sang Pangeran, penguasa kerajaan.

Para anggota orkestra memendam rasa marah mereka kepada sang Pangeran yang tidak kunjung memberikan izin liburan kepada mereka. Para pemain musik itu pun minta Haydn untuk menghadap sang Pangeran guna menyampaikan kegusaran mereka.

Haydn merenung, memikirkan cara yang efektif untuk menyampaikan suara hati para anggota orkestranya tanpa menimbulkan kemarahan sang bos. Perenungannya menghasilkan sebuah ide cemerlang, mengapa tidak menyampaikan permintaan itu dengan musik saja?

Pikiran itu membawa sang komposer segera bekerja keras. Tak sia-sia upaya yang dilakukannya. Ia berhasil menggubah sebuah komposisi musik yang kemudian diberi tajuk "Farewell Symphony". Kemudian Haydn bersama dengan orkestranya segera menggelar gubahan terbarunya itu di hadapan sang Pangeran.

Pergelaran diawali dengan orkestra penuh yang menampilkan seluruh anggota orkestra. Seiring jalannya penampilan musik itu, satu per satu perlengkapan musik tak lagi diperlukan. Begitu alat musiknya tak lagi dibutuhkan, pemegang alat musik beranjak turun panggung sembari menenteng alat musik yang dimainkannya. Demikian seterusnya hingga seluruh pemain orkestra tak lagi tampak di atas panggung.

Ternyata, sang Pangeran menangkap maksud Haydn dan segera mengabulkan permintaan yang disampaikan tanpa kata-kata ini. Sang Pangeran mengizinkan Haydn beserta seluruh anggota orkestranya berlibur.

Kreativitas di Dunia Kerja
Jadi, apakah kita harus menjadi komposer seperti Haydn untuk mendapatkan izin cuti dari pimpinan? Tentu banyak cara kreatif lainnya yang bisa kita lakukan sesuai dengan posisi dan kemampuan yang kita miliki.

Cerita "Farewell Symphony" di atas hanya merupakan salah satu contoh cara kreatif menjalani kehidupan. Dalam dunia kerja pun dibutuhkan banyak kreativitas untuk menghasilkan karya yang baik, mengurangi kebosanan dan sederet alasan-alasan lainnya. Bisa jadi, suatu saat kita pun pernah atau bakal mengalami keadaan yang menimpa para anggota orkestra Haydn.

Alasan tidak dikabulkannya atau ditundanya permintaan cuti bisa bermacam-macam. Salah satu pertimbangan izin cuti yang tak segera terbit adalah karena pimpinan belum meyakini bahwa tugas-tugas yang bakal kita tinggalkan tidak akan terbengkalai. Maka, salah satu cara mempercepat keluarnya izin cuti adalah memberikan keyakinan kepada Pak Bos akan hal ini.

5 Langkah Memperlancar Urusan Cuti 
Berikut ini 5 langkah yang bisa kita lakukan dalam upaya mempersiapkan diri guna memperlancar keluarnya izin cuti dari pimpinan.

1. Meminimalkan pekerjaan yang tertunda
Biasanya yang akan menjadi perhatian utama pimpinan dalam memutuskan apakah akan memberikan izin cuti atau tidak adalah keberlangsungan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita. 

Ketidakyakinan pimpinan akan hal ini bisa membawanya untuk tidak memberikan izin cuti kepada kita. Atau setidaknya menunda pemberian izin itu untuk waktu tertentu.

Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang akan kita tinggalkan tidak akan terbengkalai, sebaiknya kita menyelesaikan dulu pekerjaan-pekerjaan kita sebelum kita memulai cuti. 

Kita perlu membeberkan rencana kerja kita untuk menyelesaikan atau setidaknya meminimalkan pekerjaan yang tertunda kepada atasan kita. Jika terpaksa harus ada pekerjaan yang tak bisa kita selesaikan, paparkan rencana dan waktu penyelesaiannya kepada pimpinan.

2. Menyiapkan pengganti
Menyiapkan pengganti bukan hanya menunjuk pegawai lain yang kompeten dan sesuai ketentuan instansi, tetapi juga harus memerhatikan beberapa hal lain. Untuk meyakinkan bos, sebaiknya kita sampaikan secara detil hal-hal yang rutin kita kerjakan kepada calon pengganti kita. Juga persoalan-persoalan dan solusi yang sering kita hadapi dalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Membuat daftar pekerjaan yang tertunda
Daftar pending pekerjaan sebaiknya dibuat dalam sebuah tabel yang rinci. Tabel dimaksud setidaknya memuat jenis pekerjaan, uraian mengenai cara mengerjakannya, tenggat waktu penyelesaian pekerjaan serta pihak-pihak internal dan eksternal yang bisa dihubungi berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan dimaksud.

Selain detil daftar pekerjaan, jangan lupa menyertakan letak fail, baik yang berbentuk hardcopy yang tersimpan dalam odner maupun lokasi fail berwujud softcopy dalam komputer atau tempat penyimpanan lainnya.

Tentu saja Anda harus menyampaikan daftar pending pekerjaan dan pernak-perniknya ini kepada pegawai yang akan menggantikan Anda. Dan lebih baik lagi bila Anda juga memaparkan daftar ini kepada atasan Anda untuk lebih meyakinkannya bahwa pekerjaan yang akan Anda tinggalkan tidak akan terbengkalai.

4. Mengaktifkan nomor telepon
Serapi apa pun Anda menyiapkan cuti, tetap saja ada kemungkinan suatu hal tertinggal atau terlupa. Atau muncul tugas tidak rutin yang datang sesaat atau ketika kita tengah menjalankan cuti. Untuk mengatasi hal semacam itu, umumnya sang bos akan meminta kita selalu mengaktifkan nomor telepon kita.

Tidak cukup hanya mengumbar janji dalam urusan ini. Keseriusan kita memegang komitmen mengaktifkan dan merespon panggilan atau pesan yang masuk ke telepon kita akan menjadi catatan penting bagi pimpinan. Barangkali bukan hanya berkaitan dengan permintaan izin cuti, melainkan bisa berpengaruh pada penilaian kinerja kita secara umum.

5. Menjaga komunikasi 
Sebisa mungkin kita meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan pegawai pengganti dan anggota tim kita di tengah kegiatan cuti. Aktivitas ini bisa memberikan banyak keuntungan bagi kita ketika kita tetap memperoleh informasi terkini mengenai kondisi kantor dan pekerjaan kita.

Pertama, kita selalu siap bila suatu saat pimpinan menghubungi kita, menanyakan atau meminta pendapat tentang hal-hal yang bersangkutan dengan tugas-tugas kita.

Kedua, kita tidak akan merasa terlalu berat ketika harus kembali bergelut dengan berbagai pekerjaan saat kita telah menghabiskan masa cuti dan harus ngantor lagi. Informasi yang selalu up to date akan memudahkan kita melanjutkan tugas-tugas yang sempat kita tinggalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun