Richard Carlson dalam bukunya Don't Sweat the Small Stuff at Work pernah menyatakan pendapatnya perihal kebiasaan melayangkan pikiran ke tempat lain dalam bekerja. Begini petikan kalimatnya.
"Tidak selalu, tetapi kadang-kadang, kebosanan atau kurangnya kepuasan yang kita rasakan disebabkan bukan oleh karier kita atau cara kita menggunakan waktu, melainkan oleh tidak fokusnya pikiran kita. Kenyataan bahwa pikiran Anda sedang melayang ke tempat lain menyedot habis kegembiraan dari yang sekarang sedang Anda kerjakan."
Dalam kutipan selanjutnya, penulis, pengajar dan konsultan stres itu memberikan pernyataan berkaitan dengan dampak baik yang akan dirasakan seseorang yang mampu mengurangi kebiasaan membayangkan diri berada di tempat dan situasi yang berbeda dengan yang tengah dijalaninya.
"Saya yakin Anda akan merasakan kejutan yang menyenangkan begitu Anda memutuskan mengurangi kebiasaan melayangkan pikiran ke tempat lain dan lebih memusatkan perhatian kepada kegiatan saat ini. Anda akan menyalakan kembali api semangat dalam kegiatan Anda, dan bersamaan dengan itu, mulai lebih menikmatinya. Selain itu, karena lebih fokus, Anda juga akan lebih kreatif dan produktif."
Dalam ilustrasi di atas, bila si lelaki merupakan seseorang yang berani mengambil risiko, mungkin ia akan segera meninggalkan pekerjaannya guna mencari lahan pekerjaan lain yang lebih menjanjikan kecocokan dengan minatnya.Â
Namun hari gini, jangankan memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kecakapan, sekadar mendapatkan pekerjaan pun tidak semudah membalik telapak tangan. Sungguh berat jika passion kerja Anda terlalu bergantung pada jenis pekerjaan tertentu saja.
Nah, dalam kondisi yang demikian, jika sang laki-laki ingin tetap bertahan dengan pekerjaan yang sekarang digenggamnya, ia bisa melakukan beberapa kreativitas untuk menjaga gairah kerjanya.Â
Selipkan Passion Kerja dalam Tugas-Tugas Anda
Kita berangan-angan kembali menuju masa awal sang lelaki terjun ke dunia kerja dalam ilustrasi yang telah saya gambarkan di awal tulisan. Ketika itu, si lelaki masih seorang pemuda dalam usia pertengahan kepala dua.
Jabatan pertama yang diamanatkan manajemen kepadanya berada dalam lingkup dunia pemasaran. Dalam bidang ini, sang pemuda bisa saja menyisipkan hasil karya bidang pengolahan dan penyajian data yang sesuai dengan minatnya. Ia bisa menyajikan rencana dan laporan hasil pemasaran melalui slide-slide presentasi yang menawan sebagai hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dikuasainya.
Posisi kedua yang diembannya mengharuskan sang lelaki mengelola logistik perusahaan. Ia bersama timnya berkewajiban menyediakan perangkat kerja bagi seluruh pegawai. Ia juga harus memastikan sewa gedung kantor berjalan lancar, menjaga kebersihan ruang kerja, mencatat jumlah dan kondisi armada dan kewajiban-kewajiban lain semacam itu.
Sepertinya pekerjaan bidang logistik yang harus dilaksanakannya tak berkaitan dengan kemampuannya dalam mengolah dan menyajikan data.