Secara umum, homeschooling bisa dibedakan menjadi tiga jenis. Ketiga macam homeschooling itu adalah homeschooling tunggal, majemuk dan komunitas.
Nah, homeschooling jenis komunitas mewajibkan siswa hadir ke sekolah dalam frekuensi tertentu, misalnya tiga hari dalam seminggu seperti yang dijalankan Kak Seto. Jam belajar di kelas pun umumnya tak sebanyak di sekolah formal, misalnya tiga jam dalam sehari.
Dan tidak seluruh jam belajar dilakukan di dalam kelas. Sebagian waktu belajar dilakukan langsung di lapangan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu seperti museum, pasar, tempat-tempat pertunjukan seni, dan lain-lain.
Di luar itu ada juga penyelenggara homeschooling yang memiliki program kunjungan guru ke rumah siswa dengan jadwal yang telah ditentukan. Selebihnya tentu saja orangtua harus sangat banyak berperan membimbing putra-putri mereka memperoleh hak pendidikan.
Membayangkan "pekerjaan rumah" yang akan banyak bertambah, orangtua yang terbiasa dengan sistem sekolah formal tentu saja terpana mendengar wacana sekolah tiga hari yang yang sempat viral itu.
Bila sekolah tiga hari yang diusulkan Kak Seto dimaksudkan untuk dijalankan bagi seluruh sistem pendidikan kita, dengan kata lain akan meniadakan sekolah-sekolah formal, kehebohan akan terus berlanjut.
Namun jika wacana itu digagas sebagai sebuah alternatif dan hanya menjadi satu bagian dari sistem pendidikan, yang sebenarnya telah berlangsung hingga kini, saya kira konsep homeschooling tidak perlu terlalu diperdebatkan.Â
Toh para orangtua berhak menentukan pilihan jenis sekolah bagi anak-anak, apakah mengikuti jalur sekolah formal atau non formal.
Referensi:
1. kompas.com
2. "Homeschooling Keluarga Kak-Seto", Seto Mulyadi, Penerbit Kaifa, Bandung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI