Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Selain di Bandara, Kata "Delay" Juga Kerap Muncul di Lapangan Sepak Bola

29 Oktober 2019   14:06 Diperbarui: 29 Oktober 2019   14:49 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata yang satu ini acap mondar-mandir di bandara. Ia sering muncul dalam bentuk kekesalan (calon) penumpang. Oleh maskapai penerbangan, kata ini biasa dikaitkan dengan kerusakan pesawat.

Sementara pihak penumpang meyakini penyebabnya adalah ketidakbecusan si maskapai mengelola armada mereka. Karena menjadi bagian dari bentuk layanan, kata ini merupakan salah satu tolok ukur kualitas layanan sebuah maskapai penerbangan.

Namun tidak selamanya kata ini berkonotasi negatif. Adakalanya faktor alam membuatnya harus datang tanpa bisa dicegah. Cuaca buruk merupakan salah satu pertanda akan kehadirannya. Dalam kondisi seperti ini, keberadaannya dibutuhkan untuk keselamatan para awak dan penumpang pesawat.

Senyampang masih berada di bulan bahasa, saya mencoba mengutak-atik kata-kata. Kali ini saya mengawali pembahasan dengan kata "delay".

Seperti yang telah saya ungkapkan sebagai pembuka tulisan, saya paling sering mendengar kata ini "berkeliaran" di seputar bandar udara. Saya hampir tak pernah menemukannya dalam topik pembicaraan selain menyangkut pesawat udara.

Ketika orang lebih suka bersantai-santai ketimbang segera mengerjakan pekerjaan yang harus diselesaikannya, ia dikatakan suka menunda pekerjaan. Tak pernah saya mendengar ada seorang ibu yang menegur anaknya begini, "Hei, cepat kerjakan PR-mu, jangan suka men-delay pekerjaan."

Entah mengapa orang hanya suka mengaitkan kata ini dengan pesawat terbang, tidak dengan yang lain. Hingga beberapa waktu kemudian, saya mendapati kata yang berasal dari bahasa Inggris ini merebak juga di luar bandara.

Delay dalam Dunia Sepak Bola
Ternyata kata ini juga semakin akrab di telinga penggemar sepak bola. Sebab ia kerap meluncur dari mulut pembawa acara dan komentator pertandingan sepak bola.  

Dalam dunia sepak bola, kata "delay" bisa bermakna banyak. Misalnya ada seorang gelandang sedang menguasai bola dan tidak segera mengoperkan bola kepada rekannya. Bisa jadi ia melihat tidak ada seorang pun di antara kawan-kawan setimnya yang siap menerima bola darinya.

Dalam situasi semacam ini, seorang pembawa acara atau biasanya lebih sering disebut sebagai presenter atau host, akan mengatakan, "Ternyata tidak ada rekan yang siap menerima sodoran umpan darinya sehingga ia masih men-delay bola."

Bisa juga delay menjadi strategi sebuah tim sepak bola. Tak jarang tim yang telah unggul sengaja menahan laju bola selama mungkin. Cara menahan bola yang umum terjadi adalah dengan saling mengumpan di antara para pemain belakang termasuk penjaga gawang.

Cara jamak lainnya adalah dengan menggiring bola ke pojok lapangan dan sang pemain melindungi sekuat tenaga dengan kaki dan bagian tubuh lainnya agar bola tak direbut pemain lawan.

"Saya kira ini merupakan strategi coach untuk mempertahankan keunggulan. Tiga poin yang bisa diambil atas kemenangan ini sangat berarti karena bisa menjauhkan mereka dari zona degradasi."

Mungkin kalimat semacam ini akan meluncur dari bibir seorang komentator saat menyaksikan pemain sebuah tim yang unggul lebih sering menahan bola ketimbang segera mengumpan untuk menyerang.

Strategi delay mungkin memang telah ditetapkan oleh seorang coach. Coach? Menurut Kamus Lengkap karya Prof. Drs. S. Wojowasito -- W. J. S. Poerwadarminta, coach dalam dunia olah raga bermakna pelatih.

Kata "pelatih" mungkin menjadi agak janggal terdengar di telinga kita. Barangkali karena para pembawa acara dan komentator lebih suka menggunakan istilah coach untuk menyebut profesi ini.

Industri Hiburan
Tak bisa disangkal, tayangan pertandingan sepak bola telah lama menjadi tontonan yang dinanti banyak orang. Dalam membawakan acara siaran pertandingan sepak bola, seorang pembawa acara dan komentator tak kan luput menyebut banyak istilah-istilah dari luar, utamanya bahasa Inggris.

Maklum, negeri Tiga Singa itu memang menjadi muasal lahirnya olah raga ini. Ditambah lagi, bahasa Inggris  merupakan bahasa internasional yang telah diakui dunia.

Seorang pembawa acara dan komentator akan kesulitan jika harus menerjemahkan banyak istilah sepak bola semacam offside, sliding tackle, play on, scrimmage atau bahkan free kick. Istilah-istilah semacam itu tentu akan terus menghiasi siaran pertandingan sepak bola di televisi. Selain kesulitan mencari padanan kata, faktor kebiasaan dan himpitan waktu tampaknya berperan besar dalam urusan ini.

Sepak bola juga telah lama menjelma sebagai salah satu industri hiburan yang sangat menjanjikan keuntungan. Maka stasiun-stasiun televisi berlomba untuk mendapatkan hak siarnya.

Dan siaran pertandingan sepak bola tanpa pernak-pernik yang mengitarinya akan kurang menarik minat pemirsa. Kondisi itu kemudian diantisipasi para pengelola televisi dengan berbagai atraksi seperti kuis berhadiah, liputan di kamar ganti pemain, dan lain-lain.

Sebagai salah satu aktor utama siaran sepak bola, pembawa acara harus punya daya tarik yang kuat. Untuk itu, mereka berkreasi dengan bermacam-macam gaya dalam mengantar penonton menikmati pertandingan.

Salah satu atraksi yang ditampilkan pembawa acara dilakukan melalui ucapan-ucapan yang menggelitik. Dari sini lalu timbul ungkapan-ungkapan baru seperti umpan yang tega, tendangan kepo, tendangan LDR, peluang 24 karat, dan tentu saja "Jeb, jeb, jebret!!!"

Selamat menikmati pertandingan sepak bola dan atraksi pembawa acaranya. Mumpung masih di bulan bahasa, jangan lupa turut menjunjung bahasa persatuan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun