Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Mohon Maaf, Saya Tak Punya Andil Mengembangkan Lagu Daerah

30 Agustus 2019   17:10 Diperbarui: 30 Agustus 2019   17:11 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walang kekek mencok neng tenggok
Mabur maneh mencok nang pari
Aja ngenyek karo wong wedok
Yen ditinggal lungo setengah mati

Dua baris pertama merupakan parikan, hanya untuk memunculkan kesamaan bunyi pada suku kata terakhir bagi maksud sebenarnya si pencipta lagu. Pesan yang sejatinya ingin disampaikan ditempatkan pada dua baris terakhir. Dua baris itu menggambarkan kondisi sengsara yang dialami seorang laki-laki yang ditinggal pergi istrinya.

"Makanya, jangan pernah merendahkan wanita." Kalimat itulah tujuan utama dibuatnya bait lagu ini. Saya cukup menyukai lagu-lagu dengan lirik yang menggelitik urat lucu seperti ini. Jenis lagu begini bisa membawa sekelompok anak muda ngakak bersama-sama.

Seiring perkembangan waktu, perubahan pun sedikit demi sedikit terjadi. Bukannya tidak lagi menyukai musik-musik yang melengking, tetapi usia yang tidak muda lagi agaknya bikin saya agak malu hati.

Kini saya tak lagi banyak bersentuhan dengan dunia musik. Sesekali saja saya menikmati alunan musik. Saya tengah berusaha menuntun selera musik saya ke arah yang lebih sesuai dengan warna rambut di kepala saya. Musik-musik tanpa vokal manusia menjadi salah satu pilihan saya.

Meroketnya tembang-tembang Jawa atas "ulah" Kangmas Didi Kempot cukup membawa harapan akan berkembangnya lagu-lagu berbahasa Jawa. Lantas, mengapa saya tak ikut tenggelam dalam demam musik "Sobat Ambyar" ini? Waduh, usia saya bukan lagi sepantaran dengan para Sadboy dan Sadgirl. Lagi pula, saya takut nanti perasaan saya terlalu banyak terhanyut ke masa yang sudah kelewat lama berlalu.

Sekali lagi, mohon maaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun