Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Guyonan Bahasa Nusantara

27 Agustus 2019   08:59 Diperbarui: 27 Agustus 2019   15:36 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai salah satu cara utama untuk menghasilkan lelucon. Jika sekian lama kita "dibuai" oleh guyonan-guyonan berbahan baku fisik, kini semakin menjamur panggung-panggung stand up comedy yang sangat mengandalkan bahasa verbal sebagai sarana penghasil kelucuan.

Di masa jayanya, Srimulat telah "didaulat" sebagai salah satu dan mungkin yang terbesar di negeri ini grup lawak pengusung komedi fisik, meskipun tentu saja lelucon verbal juga mereka tampilkan. Saya mengingat sebuah contoh skenario lelucon modal fisik yang entah sudah berapa puluh kali dipanggungkan.

Dua orang pembantu, kini lebih sering disebut ART (asisten rumah tangga) tengah mengobrol sembari mengibas-ngibaskan serbet membersihkan permukaan meja di ruang tamu. Setelah ngobrol biasa sesaat, lalu tiba saatnya "action".

Salah seorang di antara keduanya mulai menggunjing majikan mereka. Apa yang terjadi kemudian? Amat gampang ditebak. Sang majikan yang digunjing muncul di belakang sang penggunjing. Karena si penggunjing tidak menyadari kehadiran majikannya, terus saja ia nyerocos dengan perkataan-perkataan yang semakin menohok sang majikan. Kelanjutan dari skenario ini, Anda tentu sudah hafal di luar kepala.

Kembali ke pembahasan komedi verbal. Beberapa bahan baku andalan para pelawak tanah air adalah perbedaan bahasa atau dialek antara satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya di negeri kita. Komunikasi lisan yang melibatkan orang-orang dari dua atau lebih suku bangsa dengan bahasa atau dialek masing-masing cukup potensial mengundang tawa.

Secara pribadi, saya juga memiliki beberapa bahan cerita yang menurut saya cukup lucu pada saat itu berkaitan dengan bahasa dan dialek antar budaya yang berbeda.

Dekat Kali, Bang!

Semasa kuliah di Yogya dulu, saya mempunyai seorang teman kos berasal dari daerah Sumatra Utara. Seperti biasa, sore ketika tidak ada jadwal kuliah, beberapa anak kos ngumpul di teras. Yang belum sempat membaca berita hari ini, sibuk membolak-balik halaman KR (harian Kedaulatan Rakyat). Entah beneran baca berita atau hanya nyari iklan pembeli barang loak, saya tak tahu.

Akhirnya masuklah kami ke pembicaraan khas anak kos, topiknya warung makan yang murah dengan porsi banyak. Teman kami yang dari Sumatra Utara, sebut saja namanya Binsar, bilang ada warung baru dengan kriteria seperti itu.

"Dekat kali, Bang!" katanya sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah barat. "Di sebelah sana!"

"Lho, kalinya kan di sebelah sana, Mas." Seorang kawan, Yanto namanya, berusaha mengoreksi dengan menunjuk ke arah selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun