Namun, status menjadi primadona menimbulkan dampak buruk bagi kelangsungan hidup si pinang. Karena diburu secara besar-besaran setiap tahun, populasi tanaman yang buahnya banyak digunakan dalam tradisi mengunyah pinang di beberapa daerah ini semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Layaknya komoditas ekonomi lainnya, batang pinang pun tunduk pada hukum ekonomi. Kelangkaan pohon pinang berkorelasi langsung dengan harga jualnya. Kabarnya harga komoditas yang satu ini semakin membubung ke langit.
Kini sudah mulai muncul upaya pengalihan penggunaan batang pinang sebagai bahan lomba panjat pinang pada acara-acara tujuh belasan dengan barang substitusinya, yakni batang bambu. Ini merupakan langkah antisipasi semakin mahalnya harga batang pinang.
Jangan-jangan suatu hari nanti kita tidak menemukan lagi keriuhan panjat pinang. Bukan keriuhannya yang hilang, tetapi panjat pinangnya telah berganti nama menjadi panjat bambu.
Itulah dua tanaman yang lagi naik daun namanya. Keduanya sama-sama memberikan banyak manfaat bagi manusia, tetapi manusia memberikan perlakuan yang berbeda terhadap keduanya. Walaupun pada akhirnya nasib mereka toh sama saja, sama-sama ditebang.