Zulfa berusaha menghindari serangan abangnya dengan berbagai cara. Ternyata ia masih mampu mengingat gerakan-gerakan menghindar pada ilmu bela diri yang pernah dipelajarinya saat usianya masih sekolah dasar. Aku bisa mengetahuinya lantaran hampir setiap dua minggu sekali aku mengantarnya berlatih di sanggar.
Di pinggangnya terlilit semacam sabuk kain berwarna hijau. Aku mengingat barang itu sebagai simbol kelas bela diri yang cukup tinggi sesuai penuturan Zulfa. Dahulu ia amat bangga saat pertama kali menerimanya dari pelatihnya. Ia sempat memaparkan makna warna hijau sabuknya, dan aku berusaha manggut-manggut untuk menghargai kebanggaannya.
Kedua anak remaja itu melakukan permainan mereka dengan wajah semringah. Berbeda 360 derajat dibandingkan penampakan muka mereka beberapa menit lalu.
Aku beringsut menjauhi anak-anak dengan senyum gembira meskipun masih menyimpan sedikit rasa gusar. Apakah harus menunggu listrik padam wahai anak-anakku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H