Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

3 Titik Rawan Usaha Travel

15 Juni 2019   06:05 Diperbarui: 16 Juni 2019   18:48 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Hampir tiga tahun terakhir ini, saya sangat mengakrabi salah satu moda transportasi bernama travel. Saya menggunakan alat transpotasi yang satu ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan alat transportasi jarak jauh lainnya. 

Ketika itu, rata-rata seminggu dua kali saya harus melakukan perjalanan dengan travel. Itulah jadwal pulang menemui keluarga dan berangkat lagi ke tempat kerja.

Hitungan kasar frekuensi saya menggunakan jasa travel selama 33 bulan adalah 33 bulan X 4 minggu X 2 kali sama dengan 264 kali. Hitungan waktunya lebih dari 1.500 jam dengan rata-rata waktu tempuh 6 jam sekali jalan. Lumayan tinggi juga jam terbang saya, ya.

Jadi, jenis transportasi yang satu ini telah membersamai saya sepanjang saya bekerja di kota yang berbeda dengan domisili saya dan keluarga. Travel juga telah mengantarkan saya menuju kota asal setiap menjelang Idul Fitri dan saat kembali bekerja sesudahnya.

Sebenarnya terdapat cukup banyak alternatif alat transportasi yang bisa mengantarkan saya dari kota asal ke kota tempat saya berkantor dan sebaliknya. 

Beberapa moda yang bisa saya gunakan antara lain kereta api dan bus antar kota. Namun keduanya memiliki kekurangan dibandingkan dengan moda travel yang saya pilih.

Kekurangan pertama, jadwal perjalanan kereta api sangat terbatas dengan jam yang kurang pas dengan kebutuhan saya. Beberapa kali tiket kereta api yang telah saya pesan hangus karena jadwal penyelesaian pekerjaan yang molor dari perhitungan semula.

Yang kedua, baik naik kereta api maupun bus, saya harus turun di stasiun atau pinggir jalan raya yang jauh dari tempat tinggal sehingga harus menyambung perjalanan dengan transportasi lain semisal taksi atau ojek. 

Selain menambah biaya, hal cukup merepotkan karena harus mencari-cari dan menunggu lagi. Apalagi bila kondisi cuaca sedang kurang bersahabat, misalnya hujan deras.

Keunggulan dan Kekurangan Travel
Jadi, meskipun kedua moda transportasi massal tersebut memiliki kelebihan dalam hal kecepatan dan ketepatan waktu, saya lebih cenderung menyukai perjalanan menggunakan sarana travel. 

Pendek kata, perjalanan dengan menumpang travel tinggal telepon, menunggu dijemput, (mungkin) tidur sepanjang perjalanan dan (kadang-kadang) tak terasa sudah sampai di depan rumah.

Semenjak travel menjadi pilihan utama bagi perjalanan saya, saya menjadi jarang menggunakan jasa angkutan antar kota lainnya. Sesekali saja saya menumpang pesawat terbang atau kereta api.

Cerita tentang perjalanan menggunakan sarana travel termasuk suka dan dukanya pernah saya paparkan di sini.

Namun sejak saya tidak bekerja lagi di kota yang berbeda dengan kediaman keluarga saya, saya tak lagi berhubungan dengan dunia travel. Sudah cukup lama saya tidak lagi merasa dag dig dug ketika menelepon resepsionis memesan tiket, apakah tersedia seat pada posisi yang saya inginkan pada jam yang saya butuhkan. 

Tak ada lagi was-was menunggu jemputan sang travel, apakah tepat waktu atau molor. Demikian pula cerita-cerita menarik sepanjang perjalanan travel tak lagi saya nikmati.

Ceruk Pasar Khusus
Berkaitan dengan permasalahan angkutan dalam rangka mudik dan balik, timbul sebuah pertanyaan: mungkinkah travel dijadikan salah satu alternatif sarana angkutan Lebaran?

Menilik jumlah penumpang yang bisa diangkut oleh sebuah mobil travel dengan kapasitas rata-rata 8 orang, rasanya sulit mengharapkan travel bisa menjadi andalan angkutan Lebaran. 

Daya tampungnya tak memungkinkan jasa travel menjadi angkutan penumpang massal. Jumlah usaha travel dan armada yang tersedia juga tidak sebanding dengan jumlah manusia yang harus diangkutnya.

Kalaupun harus ikut berkiprah dalam dunia "permudikan" menjelang dan pasca Idul Fitri, jasa travel hanya akan menyasar sedikit ceruk pasar penumpang khusus. 

Penumpang khusus yang saya maksud adalah orang-orang yang tidak ingin ribet dengan urusan perjalanan dari rumah ke stasiun atau terminal atau tempat menunggu kendaraan umum lainnya, dan sebaliknya.

Keunggulan layanan antar jemput door to door yang dimiliki jasa travel memang menjadi pembeda dengan sistem transportasi umum yang lain. 

Namun berdasarkan pengalaman saya sekian lama bergaul dengan dunia travel, keunggulan ini tidak bisa dijadikan satu-satunya andalan pengusaha jasa travel untuk menggaet dan mempertahankan pelanggan. Layanan sejak pemesanan tiket, proses perjalanan hingga layanan pasca perjalanan tetap harus menjadi perhatian.

Titik-titik Rawan Jasa Travel
Berikut ini titik-titik rawan layanan yang berkaitan dengan usaha jasa travel yang bisa memengaruhi keputusan pengguna. (Calon) penumpang yang kecewa dengan salah satu titik ini bisa mengalihkan pilihan mereka ke jenis tranportasi lainnya yang terhitung relatif lebih murah seperti bus dan kereta api.

Pertama, layanan pemesanan tiket. 

Pada titik ini terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, antara lain data jadwal dan kesediaan seat secara up to date (sebisa mungkin online), pencatatan pemesanan jadwal perjalanan dan alamat asal dan tujuan yang akurat, serta informasi dari petugas pendaftaran kepada sopir mengenai data nomor telepon dan alamat penumpang yang tepat. Dan tentu saja keramahan dan kecekatan petugas pendaftaran baik pendaftaran langsung, per telepon maupun sarana pendaftaran lainnya.

Kedua, layanan selama perjalanan. 

Penjaga gawang utama untuk menjaga titik layanan ini adalah sopir. Seorang sopir adalah penentu utama puas atau tidaknya seorang penumpang dengan jasa travel. 

Peran sopir dalam hal ini antara lain menjalankan mobil dengan cara yang memberikan rasa aman dan nyaman kepada penumpang. Rasa aman dan nyaman berkaitan dengan keterampilan mengemudi serta tutur kata dan kebiasaan-kebiasaan sopir selama dalam perjalanan. 

Kebiasaan-kebiasaan kurang baik seperti bicara kurang sopan, merokok dalam kendaraan atau meminta tambahan biaya pengantaran yang tidak wajar merupakan nilai negatif yang akan mengurangi kredibilitas sebuah jasa travel.

Ketiga, layanan pasca pengantaran. 

Layanan pada titik ini bisa melibatkan sopir dan operator atau resepsionis di kantor. Yang terkait dengan sopir misalnya berupa sikap terhadap barang penumpang yang tertinggal dalam mobil. Sedangkan layanan yang menjadi tanggung jawab operator contohnya penanganan keluhan penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun