Hampir saja saya menulis kisah kegagalan "All England Finals" pada turnamen Liga Champions Eropa. Hingga menit terakhir partai seru semi final yang berlangsung di Johan Cruyff Arena, Amsterdam, klub Ajax siap menggelar pesta.
Namun sungguh ajaib, setelah sepanjang 90 menit lebih pertandingan para pendukung Ajax bersuka cita, ternyata Moura menggagalkan rencana pesta mereka. Tiga golnya ke gawang Onana segera mengubah wajah-wajah ceria mendadak duka.
Arena pesta pun akan beralih dari Amsterdam ke London. Dan mungkin meluas ke seluruh kerajaan Inggris. "All England Final" pada gelaran Liga Champions Eropa tahun 2019 ini akhirnya kesampaian juga. Liverpool dan Tottenham Hotspurs, dua finalis yang tak kenal menyerah, akhirnya berhasil membalik cerita.
***
Selain faktor kualitas dan keseruan pertandingan, ada satu lagi unsur penting selalu menjadi fokus saya dalam menonton pertandingan sepak bola. Tak peduli pertandingan itu berlangsung di liga mana atau dalam sebuah turnamen tingkat apa. Tak jarang, variabel yang satu ini mendominasi pikiran saya hingga sangat memengaruhi saya dalam mendukung sebuah tim yang sedang berlaga.
Saya ambil contoh dalam perhelatan Piala Dunia tahun 2018 yang lalu. Saya sungguh gembira ketika mendapati dua tim yang saya jagokan tampil apik. Meskipun tak sampai mendekati puncak, tetapi kiprah mereka patut mendapat acungan jempol.
Mereka adalah Korea dan Jepang. Ya, dua tim asal benua Asia yang hampir tak diperhitungkan. Sungguh disayangkan, langkah mereka akhirnya terhenti juga oleh raksasa-raksasa sepak bola yang memang sudah mendunia.
Mengapa saya mendukung Korea dan Jepang? Bukan apa-apa. Saya terpaksa mengambil pilihan itu. Sebabnya hanya satu, karena tim Garuda tak ambil bagian dalam pesta bola terbesar sejagat itu.
Tak beda dengan Liga Champions. Seandainya saja Riko Simanjuntak bestatus sebagai pemain Ajax, maka saya tak akan ragu mendukung tim asal Negeri Kincir Angin itu. Kalau bukan Riko, boleh juga Febry Hariyadi atau pemain Garuda lainnya. Namun sayang, tak muncul satu pun nama Indonesia dalam perhelatan sepak bola antar klub terbaik Liga-Liga Eropa.
Level klub yang dinaungi Egy Maulana Vikri masih amat jauh di bawah tim-tim yang berlaga hingga semi final Liga Champions Eropa. Kesempatan untuk menyaksikan aksinya di televisi pun entah kapan datangnya.
Karena Riko atau pemain Indonesia lainnya tak berada di salah satu kontestan Liga Champions Eropa, maka arah dukungan saya beralih ke klub lain yang menampung wajah yang tak jauh beda dengan kita. Saudara terdekat kita yang berpartisipasi hingga semi final Liga Champions, bernaung dalam skuat Tottenham Hotspur. Dia adalah Son Heung Min.
Maka batin saya selalu menyertai perjalanan tim Lily White itu. Dan yang lebih menyenangkan dan membanggakan, Son hampir selalu tampil bagus dan cenderung fenomenal dalam setiap laga yang dijalaninya. Termasuk kiprahnya di Liga Champions Eropa kali ini.
Son telah menjelma sebagai sosok yang menjadi salah satu fokus perhatian pemirsa dan media. Tak heran bila sejak awal siaran, sorot kamera telah mengarah ke satu-satunya wajah Asia yang kala itu berada di tengah lapangan.
Setiap kali pemain ini menunjukkan aksi memikat atau wajahnya tersorot kamera dari jarak dekat, perasaan saya kok berubah menjadi gimana gitu. Apalagi bila ia berhasil mencetak gol.
Kecemerlangan Moura memborong gol-gol Spurs dini hari tadi tak sedikit pun mengurangi rasa hormat saya bagi si Pendekar Taeguk.
Ibarat sebuah peribahasa, tiada rotan akar pun jadi. Maka, ketika masih belum tepercul satu pun insan yang sebangsa di perhelatan sepak bola berkelas dunia semacam Liga Champions Eropa, saudara sebenua pun jadilah. Anggap saja ia mewakili kita yang bermukim di benua terbesar dunia ini.
Dan kini, saya menantikan goyangan si penyerang Korea di Stadion Wanda Metropolitano dalam partai puncak yang mempertemukan sesama tim asal Negara Tiga Singa.
***
Mari kita mampir sebentar ke Liga Inggris. Hampir dalam setiap kali menyaksikan pertandingan Spurs di Liga Primer Inggris, saya melihat beberapa gelintir orang Korea hadir di tribun dengan kibaran bendera negara mereka.
Andai saja suatu saat nanti ada kibaran sang merah putih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H