Akhirnya, bersama dengan si bungsu, saya berhasil menemukan strategi jitu memainkan ular tangga yang tidak terlalu membikin perasaan jenuh. Kami mereka ulang permainan ini dengan berbagai cara.
Pertama, kami membuat bidang permainan ular tangga sendiri, berbeda dengan bidang permainan ular tangga pada umumnya. Sebetulnya secara umum masih mengikuti permainan ular tangga seperti biasa. Kami hanya mengurangi jumlah tangga dan terutama jumlah ularnya. Pengurangan jumlah ular yang banyak, dari sembilan ekor menjadi hanya tiga ekor, sangat signifikan mengurangi frekuensi mengulang permainan dari bawah.
Selain mengurangi jumlah ular yang menjalar-jalar di papan permainan, kami pun memendekkan ukuran binatang melata ini. Ada ular yang menyusut hingga separuhnya, ada juga yang tersisa tiga perempat dari panjang aslinya.
Dalam permainan yang biasanya kami mainkan, saat pemain menjalankan bidaknya pada beberapa kotak di bawah angka 100, jika jumlah langkah yang dijalankannya melebihi angka 100, maka bidak harus mundur lagi. Tentu saja ini sangat memperlama permainan karena harus menunggu saat keberuntungan memperoleh mata dadu yang sesuai dengan jumlah sisa langkah menuju singgasana juara. Belum ragi risiko bertemu ular saat melangkah mundur dari angka 100.
Kami merombak aturan itu. Berapa pun kelebihan jumlah langkah setelah melewati angka seratus, bidak tidak mundur lagi, atau dengan kata lain sang pemain menang. Jadi, titik akhir permainan tidak harus pada angka 100, tetapi bisa---seakan-akan---101, 102, 103, dan seterusnya.
Ketiga, memberikan variasi gambar simbol ular dan tangga. Sesuai diskusi dengan anak saya, kami mengubah wujud ular menjadi flying fox dan mengubah tangga menjadi panjat tebing. Prinsipnya sama. Ular dan flying fox sama-sama meluncur turun, sedangkan tangga dan panjat tebing sama-sama membawa manusia bergerak naik. Walaupun di kemudian hari saya menyadari bahwa seperti juga ular dan tangga, untuk bisa beraksi dalam permainan flying fox dan panjat tebing, dalam waktu tertentu manusia harus naik dan turun sesuai kebutuhan.
Perubahan yang terakhir ini tidak mempengaruhi kecepatan permainan, tetapi hanya variasi dan semacam alibi sebagai alasan perubahan beberapa skema permainan. Flying fox dan panjat tebing pun, menurut hemat saya, lebih menarik dan atraktif bagi anak-anak ketimbang ular dan tangga.
Kebersamaan yang Menggembirakan
Awal permainan "reinkarnasi" ular tangga ini menimbulkan nada protes si kecil. Anak saya sempat bilang, "Nggak asyik, nih!" saat pertama kali memainkan "genre" baru permainan ular tangga ini. Namun kesabaran dan bujuk rayu bisa juga meluluhkan hatinya.
Kini ia sudah bisa sesekali terbahak-bahak terutama saat menyaksikan ayahnya harus meluncur deras menuruni tambang flying fox. Dalam hati saya menggumam, "Biarlah sekali-sekali terjatuh, Nak! Penurunan juga dibutuhkan manusia untuk menjaga dirinya dari kesombongan."