Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilustrasi Gambar, dari Penetapan hingga Kekonyolannya

23 Juni 2018   15:48 Diperbarui: 23 Juni 2018   15:47 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertimbangan ketiga menyangkut deadline atau target penayangan sebuah tulisan. Kadang-kadang waktu yang tersedia tidak terlalu banyak. Saya ambil contoh ketika saya mengikuti kompetisi THR Kompasiana, tulisan harus sesuai dengan tema yang ditetapkan harian.

Meskipun hanya empat kali saya mengikuti perlombaan ini, saya merasakan tekanan waktu yang sangat ketat sehingga tidak sempat lagi memikirkan ilustrasi. Maka, dari empat tulisan saya di kompetisi ini hanya sekali saya membuat ilustrasi sendiri dan selebihnya saya mengambil gambar jadi yang bertebaran di situs daring. Hal yang sama saya lakukan untuk mengejar aktualitas tulisan terkait Piala Dunia.

dokpri
dokpri
Namun tidak selamanya kondisi ideal bisa saya jalankan. Pernah beberapa kali dilanda kebingungan ketika saya tidak tahu harus menampilkan ilustrasi seperti apa yang bisa mewakili isi tulisan. Saya pun pasrah menayangkan dua artikel tanpa ilustrasi.

Ilustrasi Konyol

Ini cerita lain menyangkut ilustrasi. Saya sempat mengalami beberapa peristiwa konyol dalam penetapan ilustrasi. Kekonyolan terjadi baik pada ilustrasi comotan maupun yang orisinal.

Saat berebut waktu dengan deadline tulisan bertema persiapan Lebaran, saya mengambil jalan praktis memungut sketsa di sebuah situs daring. Beberapa waktu kemudian, saya mendapati kenyataan bahwa ilustrasi yang saya munculkan sama persis dengan yang ditampilkan seorang rekan Kompasianer.

dokpri
dokpri
Dalam lingkup Kompasiana saja, saya melihat cukup banyak tampilan ilustrasi yang sama di antara para Kompasianer. Apalagi di luar sana. Maklum, ini tersebab oleh tema tulisan yang serupa dengan sekian banyak penulis dan cara searching gambar ilustrasi yang seragam.

Pernah juga saya mengalami persoalan teknis terhadap akun Kompasiana saya. Salah satu upaya yang saya lakukan adalah dengan menuliskannya dalam tiga artikel yang saling terkait. Ketiganya adalah "Misteri yang Belum Terpecahkan", "Si Bug yang Masih Betah di Kompasiana" dan "Terima Kasih Kompasiana, si Bug Telah Pergi".

Kekonyolan terjadi pada artikel yang ketiga. Ketergesaan saya membuat si Bug menjadi amat menderita. Saya lupa "memasang" antena di kepalanya. Bayangkan saja, si Bug yang tengah terbirit-birit itu tak lagi punya antena. Padahal hampir setiap serangga menggantungkan keberlangsungan hidup pada antena mereka. Seandainya kondisi si Bug benar-benar tak berantena, barangkali Kompasiana tak perlu capek-capek mengusirnya, karena ia tak kan bisa mengganggu kita tanpa senjata andalannya. Bisa jadi ia akan mati dengan sendirinya.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun