Apa yang kami lakukan ternyata hampir sama dengan yang dilakukan Fauzil Adhim. Fauzil menghadiahkan buku pada hari-hari istimewa seperti pertama masuk Play Group, masuk TK atau ketika orang tua memperoleh karunia besar. Kebiasaan semacam ini akan memberikan pemahaman kepada anak bahwa buku adalah barang istimewa, memiliki nilai kasih sayang dan memberikan manfaat yang besar. Demikian yang dikatakan Fauzil dalam bukunya.
Saatnya Evaluasi
Langkah terakhir, evaluasi atas keseluruhan upaya dan hasil jerih payah kami. Evaluasi meliputi faktor-faktor yang berasal dari internal kami maupun pengaruh eksternal yang sulit kami kendalikan.
Pertama, kami menyadari betul, kami belum berani memasukkan diri kami ke dalam golongan orang-orang yang betul-betul patut menjadi suri tauladan anak-anak dalam hal kebiasaan dan kegemaran membaca buku. Kami masih selalu punya seribu alasan untuk "mangkir" dari membaca buku. Termasuk di dalamnya dua benda ajaib gawai dan televisi.
Kedua, musuh bagi anak-anak zaman now juga amat perkasa. Serangan gencar senantiasa menghajar anak-anak yang lengah. Tawaran manis media sosial dan berbagai permainan daring sangat melenakan mereka. Kami belum sanggup menjadikan buku semenarik gawai.
Berangkat dari kondisi tersebut, hasil yang kami peroleh belumlah sesuai harapan. Namun kami melihat adanya peningkatan kualitas keakraban anak-anak kami terhadap buku seiring dengan tambahnya ilmu dan pengalaman kami.
Di awal upaya kami, barangkali karena bekal ilmu yang belum cukup banyak dan belum ada pengalaman, anak laki-laki kami yang kini berada di awal masa remaja belum banyak melirik buku. Mereka masih sangat terbuai oleh pesona gawai dengan segala macam program yang ada di dalamnya. Namun demikian, dalam usia remajanya, mereka masih mau mendengarkan orang tuanya membacakan buku. Dan untuk buku-buku tertentu yang menarik minat, mereka mau membacanya hingga tuntas meskipun cukup tebal dan terdiri dari beberapa seri.
Selanjutnya, anak perempuan kami dengan level usia sedikit di bawah kakaknya, kelihatannya sudah menuju taraf "gila" membaca. Ia akan selalu "menghabisi" semua koleksi buku kesukaannya dalam kesempatan pertama. Ia nampak selalu haus bacaan. Ajakan ke toko buku menjadi semacam mantra ajaib yang bisa membuatnya beranjak secepat kucing tersiram air panas. Kini, kami yang selalu was-was menghitung anggaran. Sebab bila tidak dibatasi, ia akan "kesetanan" meraup buku-buku di toko andalannya.
Terakhir, anak lelaki kami yang berstatus bungsu kini baru tahap awal sekolah dasar. Ia tak pernah bisa tidur sebelum sebuah buku tuntas dibacakan. Apa pun jenis bukunya. Di luar jam tidur pun, ia tak kan menolak ajakan membaca buku. Salah satu tentengan kami kala bepergian dengannya adalah buku. Seperti kakak perempuannya, ia akan girang saat kami mengajaknya ke toko buku.
Demikian. Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H