Menjadi mahasiswa itu memang banyak lika-likunya terutama dalam berburu makanan saat Ramadan. Alhamdulillah, selama Ramadan di tanah rantauan tidak kekurangan sedikit pun. Ketika sedang tidak ada kegiatan lebih memilih masak nasi di kost dan tinggal beli lauk pendampingnya. Bersyukurnya, Ramadan di dua tahun terakhir sudah aktif di salah satu organisasi kampus.
Di organisasi inilah, Ramadan terasa lebih hangat, berbuka bersama mahasiswa lain dari berbagai jurusan. Kadang memilih membeli bahan makanan untuk dimasak sendiri dan dimakan bersama-sama saat waktu berbuka puasa tiba. Tak jarang pula keluar bersama untuk mencari makanan di luar bersama-sama.
Bulan Ramadan di perantauan seorang diri memang cukup menyulitkan. Tapi dari waktu yang sudah terlewati ini saya banyak belajar untuk mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Apalagi ketika bisa berkumpul dengan keluarga, menikmati masakan ibu yang luar biasa nikmat tak ada yang menandingi. Karena menjadi anak kost akan kehilangan momen hangat makan bersama di meja makan dengan keluarga.
Dan menjadi anak kost mengajarkan saya untuk mensyukuri semua makanan yang ada. Dari anak kost saya pribadi belajar untuk tidak memilih makanan dan menghargai apa yang saya bisa makan pada saat itu. Hingga Ramadan terakhir saya diperantauan, sudah menjadi kebiasaan dan ritme selama Ramadan sudah berjalan dengan lancar tanpa keluhan. Ketika mendapatkan makanan enak, cuma-cuma rasanya luar biasa bahagia dan juga hemat di kantong. (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H