Lebih menariknya lagi di tengah-tengah para pemain ada sajian semacam tumpeng yang isinya kuraban (serundeng, kecambah, jeroan) sebagai lambang kekhusyuan.Â
Kemudian ada pachetan yang terdiri dari ketan, jenang, wajik, opak, ampyang sebagai lambang sebutan. Lalu ada pisang sebagai lambang secepatnya, air putih sebagai lambang hati yang jernih dan dawegan atau kelapa hijau sebagai lambang rasa syukur.
Sajiannya ini bukan untuk sesajen atau hiasan semata tapi bisa dinikmati oleh para pemainnya. Kalau pemain merasa haus dan ingin minum bisa langsung meminumnya saat pementasan berlangsung.
Ini menjadi pengalaman yang luar biasa biasa belajar sekaligus mempraktikan Dalang Jemblung dengan cerita "Kumbo Karno Nyuwarga" dan "Umar Maya Kembar Lima". Dalang Jemblung ini memang butuh regenerasi terutama mereka generasi muda agar tetap lestari dan tidak punah termakan waktu. Salam Budaya!!! (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H