Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stik Es Krim, Sepotong Limbah Kayu Lapis yang Bernilai Guna

16 Januari 2022   17:32 Diperbarui: 16 Januari 2022   21:37 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menata stik es krim (Foto : dok pribadi)

Hari berganti siang tanda kehidupan terus berputar, dari jalan Desa Toyareka, Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga. Senyuman hangat merekah dari paras yang tengah melintas di area persawahan sana. Sampailah pada satu rumah yang sedang ramai warga duduk bersila.

Sapaannya ramah, penuh tawa dan suka cita menanti kehadiran seseorang yang akan singgah di sana. Tumpukan limbah menggunung di depan mereka. Bukan sembarang limbah yang dibuang begitu saja, melainkan limbah yang mempunyai nilai guna. Limbah kayu lapis namanya, diambilnya dari pabrik-pabrik yang tersebar di Purbalingga. 

Mereka menyapa, lalu mengajak bercerita bagaimana kehidupannya bisa lebih baik daripada sebelumnya. Tawa mereka begitu lepas, meski jari-jemarinya disibukan memotong limbah kayu lapis yang amat tipis dihadapannya. 

Meski sudah lanjut usia, semangat mereka sungguh membara. Tangannya masih terampil memotong limbah kayu lapis yang menumpuk di depannya. Limbah tersebut dipotong-potong menjadi stik es krim yang siap dijual ke mana saja. Berbekal alat potong yang ada, potongan stik es krim menjadi lebih rapi dan tertata.

Warga Desa Toyareka dan Desa Pegandekan sedang menata potongan stik es krim (Foto: Lilian Kiki Triwulan)
Warga Desa Toyareka dan Desa Pegandekan sedang menata potongan stik es krim (Foto: Lilian Kiki Triwulan)

Mereka asyik dengan apa yang dikerjakannya. Ikat demi ikat stik es krim mereka rampungkan sembari menunggu kehadiran seseorang di sana. Hingga mereka memilih berhenti sejenak dan saling bertukar cerita.

Usut punya usut, warga yang sedang berkumpul tersebut merupakan warga binaan seorang Babinsa Koramil 06/Kemangkon Kodim Purbalingga, Pelda Margiyono bersama istrinya Yuli Handayani dari Desa Pegandekan dan Desa Toyareka. Kurang lebih 16 tahunan warga diberdayakan untuk membuat stik es krim dari limbah kayu lapis yang ada dengan sistem plasma.

Jika selama ini limbah kayu lapis hanya dijadikan sebagai kayu bakar atau berakhir di perapian. Di tangan Yuli, limbah tersebut diubah menjadi suatu barang yang bernilai guna. Yuli tak bisa bekerja sendiri apalagi permintaan pasar yang kian meningkat membuat dirinya kewalahan.

Bersama dengan suaminya, mereka lalu mengajak warga di bawah binaan tugas suaminya untuk memproduksi stik es krim. Kebanyakan dari mereka memang sudah lanjut usia dan pekerjaannya hanyalah buruh yang bayarannya memang tak seberapa. Keinginan besar Yuli dan suami pun disambut dengan begitu antusias oleh masyarakat.

Seorang warga sedang memotong limbah kayu lapis menjadi stik es krim (Foto: Lilian Kiki Triwulan)
Seorang warga sedang memotong limbah kayu lapis menjadi stik es krim (Foto: Lilian Kiki Triwulan)

Berproses dari 2006, kini 500-an lebih warga yang sudah diberdayakan oleh Yuli untuk membuat stik es krim dari limbah kayu lapis. Suheni (77) salah satu warga Desa Pegandekan yang dengan senang hati ikut memproduksi stik es krim.

Sebelum ikut andil dalam membuat stik es krim, Suheni hanyalah seorang penderes gula kelapa. Upahnya memang tidak seberapa tapi bisa membahayakan nyawanya. Berulang kali terjatuh namun demi menghidupi keluarga dirinya tetap menderes. Sejak adanya stik es krim, Suheni merasa sangat terbantu.

Suheni tidak harus datang setiap hari ke rumah Yuli untuk mengerjakan stik es krim. Ia hanya perlu duduk manis di rumah dan menunggu Pelda Margiyono ataupun istrinya mengantarkan limbah kayu lapis ke rumahnya.

Dalam satu hari, Suheni bisa menyelesaikan kurang lebih 15 ikat stik es krim. Ikatan demi ikatan dikumpulkannya sambil menunggu Pelda Margiyono ataupun istrinya datang untuk mengambil stik es krim dan memberikan upahnya. Ketika ditanya soal upah, satu ikat stik es krim senilai Rp 100,- sedangkan satu ikat rafia dihargai Rp 2000,-. 

Warga sedang memotong dan menata stik es krim (Foto: Lilian Kiki Triwulan)
Warga sedang memotong dan menata stik es krim (Foto: Lilian Kiki Triwulan)

Tidak hanya Suheni, Turiyah juga merasa senang bisa ikut membuat stik es krim. Turiyah yang kesehariannya sebagai buruh tani sangat terbantu terutama dalam menambah penghasilan keluarga. Tangannya begitu piawai dalam sekali duduk saja bisa menghasilkan bertumpuk-tumpuk ikatan stik es krim.

Bisa berbagi cerita dengan mereka memang menyenangkan. Banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari secuil kisah yang mereka sampaikan. 

Melihat mereka antusias menata stik es krim, ingin rasanya mencoba ikut menata potongan stik es krim dalam satu ikatan. Apadaya tangan ini tak selihai mereka yang dalam hitungan detik sudah merampungkan satu ikatan. Berulang kali mencoba, hanya dua ikat yang didapat itupun harus betul-betul ditata sedemikian rupa agar stik es krim yang sudah rapi tidak buyar lagi.

Stik es krim yang sudah selesai diproduksi dari tangan-tangan terampil ini memang tidak serta merta langsung digunakan untuk pembuatan es krim. Stik es krim ini masih harus melalui proses lain di tempat yang berbeda. 

Menata stik es krim (Foto : dok pribadi)
Menata stik es krim (Foto : dok pribadi)

Usaha yang dilakoni oleh Yuli dan suaminya ini tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya mengalami pasang surut. Bahkan pandemi covid-19 juga sempat berdampak terhadap menurunnya permintaan pasar. Namun, berkat kegigihannya, Yuli memanfaatkan teknologi yang ada untuk mempromosikan stik es krim buatannya melalui media sosial dan media online lainnya.

Benar saja, permintaannya semakin meningkat dan jangkauan pemasaran stik es krimnya semakin meluas. Nyatanya, pandemi tidak menghentikan langkahnya untuk terus memberdayakan warga di sekitarnya. (Lilian Kiki Triwulan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun