Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2020 memang Pilkada yang berbeda dibandingkan dengan Pilkada sebelum-sebelumnya. Di tengah situasi covid19 yang masih melanda negeri, Pilkada mau tidak mau harus tetap berjalan dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan covid19 yang cukup ketat.
Namun apa daya, peraturan yang telah dibuat nyatanya tidak menyurutkan mereka para tim sukses untuk memberikan dukungan penuh pada pasangan calon pilihan mereka. Tidak jauh-jauh ke kota seberang apalagi se Indonesia, sebut saja Purbalingga yang saat ini tengah menghangat mempersiapkan pemimpin daerahnya.
Dua pasangan bakal calon disandingkan memperebutkan kursi Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga. Siapakah yang akan berhasil menempati singgasana Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga Periode 2021 - 2024? Apakah petahana atau sang penantang?
Belum mulai masa kampanye saja baru deklarasi dukungan dari partai koalisi dan relawan sudah ramai. Tidak hanya ramai di dunia nyata tetapi juga di dunia maya. Sebut saja facebook yang saat ini sedang ramai membicarakan pasangan calon mereka.
Ada yang menjatuhkan lawan dengan trik-trik lama dengan mempublis masa lalu lawan, ada pula yang bermain cantik untuk memenangkan pilihan mereka. Foto demi foto, postingan demi postingan meramaikan jagad per-facebook-an bahkan komentar dari yang manis, pedas, pahit semua tumpah ruah menjadi satu di facebook.
Sebut saja sang petahana pasangan Dyah Hayuning Pratiwi - Sudono (Tiwi-Dono) dengan taglinenya 'Lanjutkan' terus dikoar-koarkan oleh pendukung dan tim suksesnya. Tidak hanya itu, Tiwi yang saat ini masih menjadi Bupati Purbalingga terus menunjukan kinerja nyatanya untuk masyarakat.
Bahkan pendukungnya memberikan sentuhan-sentuhan seni untuk pasangan Tiwi-Dono dengan membuat lagu-lagu dukungan hasil karya mereka sendiri. Foto-foto pemanis dengan aksinya bersama masyarakat terus diperlihatkan, bukan untuk sekedar pamer semata tapi menunjukan kedekatannya dengan masyarakat.
Kegiatan Tiwi tentu sangat padat, Bupati Purbalingga perempuan yang pertama kali selama 189 tahun Purbalingga. Tapi hal ini tidah mematahkan tekadnya, dengan kecerdasan dan kepiawaiannya ia memimpin Purbalingga dengan penuh dedikasi dan program yang digaungkan mengutamakan kepentingan rakyat.
Tiwi kemudian menggandeng Dono untuk menjadi pasangannya di kontestasi Pilkada 2020 yang sebelumnya adalah Ketua DPC Partai Golkar Kabupaten Purbalingga yang juga memiliki kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Purbalingga. Tidak ada manusia yang sempurna, pasti manusia pernah memiliki kesalahan.
Namun nyatanya netizen yang maha benar tidak mempedulikan hal itu, kesalahan yang sebetulnya bukan dilakukan oleh Dono ternyata menjadi senjata empuk untuk menyerang pasangan Tiwi-Dono. Yang membuat netizen beropini sesuka hati mereka tanpa melihat kenyataan yang ada dan kebaikan apa yang sudah dilakukan oleh Dono.
Jadi sebulum mengklaim atau men-judge orang lain sebaiknya kita intropeksi diri terlebih dahulu. Belum tentu kita yang menyebarkan berita dari pasangan Tiwi lebih baik darinya. Salut, untuk para pendukung Tiwi-Dono yang tidak gentar untuk tetap mendukung pasangan Tiwi-Dono menjadi Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga dengan simbol saranghae atau cinta.
Lalu, bagaimanakah dengan sang penantang yang dikoar-koarkan putra daerah dan memiliki segudang prestasi? Sebut saja Muhammad Sulhan Fauzi dan Muhammad Zaini Makarim (Oji - Zaini) Â dengan taglinenya Lakone Anyar Kabeh Gemebyar.
Oji - Zaeni merupakan pasangan yang cukup kuat untuk menjadi penantang petahana. Di bawah naungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan partai koalisi lainnya ternyata sudah berhasil memincut masyarakat apalagi pada saat awal kemunculannya dengan baliho yang super duper besar.
Pendukungnya di facebook pun tidak mau kalah untuk terus menyerang pasangan petahana dan mengunggulkan pasangan Oji-Zaini. Oke, namanya saja sedang Pilkada sah kok mereka memperkenalkan pilihan mereka, asalkan tidak sembrono memfitnah atau menimbulkan ujaran kebencian pada kubu sebelah.
Pasangan ini pun mencoba untuk masuk ke desa-desa mencari dukungan dengan berbagai cara seperti mengadakan perlombaan atau menggandeng organisasi yang tidak sejalan seirama dengan petahana. Ibu-ibu berkerudung hijau yang selalu mendampingi menjadi icon nyentrik pasangan ini dengan simbol tangan oke.
Siapapun pasangan, kontestasi ini milik masyarakat mereka bebas memilih siapapun pemimpin Purbalingga ke depannya. Sepak terjang kedua pasangan calon akan kita lihat bersama-sama saat kampanye nanti, program-program apa saja yang akan menjadi pemikat.
Lantas Bagaimana dengan Covid19?
Dibilang lupa mungkin tidak, aturan sudah dibuat tinggal dijalankan saja patuhi protokol kesehatannya. Tapi namanya juga masyarakat, terutama para pendukung dua pasangan calon. Sekuat tenaga mendukung pasangannya agar terpilih di Pilkada 2020 nanti.
Belum kampanye saja, saat pendaftaran pasangan bakal calon sudah ramai pendukung yang datang menyambut kehadiran mereka. Desak-desakan jangan ditanya lagi sudah pasti, jaga jarak sudah tak dihiraukan lagi.
Kedua pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga memang unik, pendukungnya sama-sama bejibun. Kalau pasangan Tiwi-Dono ke KPU pakai dokar dan becak kalau sang penantang Oji-Zaini pakai sepeda onthel ke KPU Purbalingga.
Dua-duanya sama-sama tersorot media, bedanya, Tiwi-Dono dengan kesederhanaanya tanpa ada deklarasi dengan mengundang massa yang banyak. Mereka mempersiapkan pendaftaran dari DPC PDI Perjuangan Kabupaten Purbalingga dengan ritual yang sederhana hanya ada partai koalisi, relawan dan juga simpatisan.
Beda halnya dengan sang penantang yang melakukan deklarasi dengan panggung yang super megah seperti akan diadakan konser di Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Besar Soedirman. Dan pasangan ini ternyata masuk ke dalam media dari yang lokal hingga media nasional dan menjadi sorotan pemerintah karena minimnya penerapan protokol kesehatan.
Para pendukung tumpah ruah di bawah panggung, ada yang menggunakan masker ada juga yang tidak menggunakan. Entah tidak diingatkan atau bagaimana atau justru dilakukan secara sengaja dengan mengundang massa yang banyak demi mendulang suara.
Apapun itu, wabah covid19 belum selesai, di Indonesia sendiri hari demi hari jumlah terkonfirmasi positif terus bertambah. Begitupun dengan Purbalingga, tapi apa daya Pilkada ternyata mampu membuat orang lupa wabah yang sedang melanda.
Orang-orang seakan tidak peduli lagi dengan bahaya covid19 dan cenderung acuh tak acuh serta mengabaikannya. Bagaimana dengan kampanye di medsos? sepertinya kurang geregetan meskipun banyak akun-akun yang sudah mulai memberikan dukungannya dan nyinyir satu sama lain membuat ramai dunia facebook.
Tapi memang masih kurang ramai kalau tidak ada kampanye secara langsung, karena masyarakat butuh bukti bukan janji. Semoga saja Pilkada Serentak 2020 ini dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan kluster covid19 baru,yakni jangan sampai ada kluster pilkada.
Dan masyarakat harus cerdas dalam menanggapi isu-isu yang digoreng untuk menjatuhkan atau menimbulkan ujaran kebencian. Mari wujudkan pilkada yang aman, sehat, damai dan sejahtera. Jangan lupa pakai masker, cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer dan jaga jarak agar kita tetap terlindungi dari covid19. (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H