Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Gurihnya Keripik Angkrik, Olahan Sederhana dari Desa Nangkod

28 Juli 2020   16:22 Diperbarui: 31 Juli 2020   23:07 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suwesi sedang menunjukan tanaman angkrik/Foto: Lilian Kiki Triwulan

Angkrik, salah satu umbi yang tumbuh subur dan memiliki khasiat yang menyehatkan bagi tubuh. Namun, tidak banyak yang memanfaatkannya bahkan untuk menanamnya pun minim peminatnya.

Angkrik atau orang juga bisa mengenal dengan irut, bentuknya kecil memanjang dan ditumbuhi serabut-serabut halus. Angkrik memang tidak setenar singkong dan ubi, tetapi angkrik memiliki segudang manfaat yang baik untuk tubuh salah satunya sebagai obat lambung atau maag.

Angkrik ini biasanya diolah hanya dikukus saja dan langsung dimakan. Ada juga yang membuatnya sebagai tepung angkrik yang biasanya diolah menjadi bubur irut atau bubur angkrik.

Berbeda halnya dengan Sukirno (54) dan Suwesi (55), pasangan suami istri dari Desa Nangkod, Kecamatan Kejobong yang mengolah angkrik sebagai makanan ringan yang renyah dan guruh. Ya, keripik angkrik, bentuknya serupa dengan emping bedanya ada pada serabut-serabut halus yang berasal dari angkrik.

Sukirno dan Suwesi pengusaha Keripik Angkrik/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Sukirno dan Suwesi pengusaha Keripik Angkrik/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Sukirno dan Suwesi mengaku memulai membuat keripik angkrik sejak dua bulan yang lalu. Ia terinspirasi dari cucunya yang berada di Yogya, di mana banyak orang di Yogya yang membuat keripik angkrik.

Membuat keripik angkrik pun menurut Sukirno dan Suwesi ini menjadi pekerjaan sampingan dan untuk menyibukan diri. Setelah melalui percobaan ternyata rasanya memang unik apalagi ketika sudah dibuat menjadi keripik angkrik rasanya lebih yahuud.

Kemudian dilanjutkanlah sampai sekarang oleh Sukirno dan Suwesi untuk membuat Keripik Angkrik, bahkan sekarang sudah mulai dijual ke luar kota melalui pasar online. Namun sayangnya, Sukirno dan Suwesi terkendala dengan bahan baku yang cukup langka.

Jarang ada orang yang menanam secara khusus tanaman angkrik, alhasil Sukirno dan Suwesi harus mencarinya keliling desa di kebun-kebun warga bahkan sampai ke tetangga desa. Mereka pun berusaha untuk menanam angkrik sendiri di halaman rumahnya agar lebih mudah mengolahnya.

Suwesi sedang menunjukan tanaman angkrik/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Suwesi sedang menunjukan tanaman angkrik/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Angkrik atau irut ini setelah dipisahkan dengan daunnya kemudian dicuci hingga bersih agar tidak ada tanah yang tersisa. Serat-serat yang tumbuh di sekitar angkrik ini kemudian dibuang dengan cara dikerok beserta kulitnya.

Setelah itu cuci bersih angkrik, lalu masuk pada proses perebusan selama 40 menit. Kenapa harus 40 menit? agar teksturnya pas saat digeprek jangan sampai terlalu lama atau terlalu singkat karena akan berbeda hasilnya.

Lalu angkrik yang sudah direbus di dinginkan terlebih dahulu dan siapkan plastik atau wadah lebar untuk menggeprek angkriknya. Angkrik ini dipotong terlebih dahulu kurang lebih panjangnya satu sampai dua cm selanjutnya digeprek dengan mutu atau alat khusus hingga benar-benar tipis.

Angkrik yang sudah digeprek seperti emping kemudian dijemur, tidak perlu berlama-lama apalagi ketika cuaca cerah angkrik akan cepat mengering kurang lebih tiga jam waktu yang dibutuhkan angkrik untuk menguapkan sisa-sisa air yang tersimpan.

Angkrik yang selesai dikupas/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Angkrik yang selesai dikupas/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Selesai pengeringan, tinggal masuk ke penggorengan selesai digoreng, angkat dan tiriskan selanjutnya tinggal diberikan bumbu tabur sesuai dengan selera atau dinikmati dengan rasa original tanpa tambahan bumbu apapun. Karena rasa yang ditawarkan memang sudah unik tanpa diberi bumbu.

Keripiknya pun kres dan langsung remuk dimulut membuat mulut tidak berhenti mengunyah, dijamin gurih dan renyah. Setelah matang, tinggal dibungkus sesuai dengan pesanan yang ada.

Biasanya Sukirno dan Suwesi membungkus keripik angkrik yang sudah matang dengan ukuran 65 gr. Sehari Sukirno dan Suwesi biasanya menerima pesanan hingga mencapai 2 kg keripik angkrik ketika senggang dan tidak ada pekerjaan lain. Berbeda halnya ketika sedang sibuk, Sukirno dan Suwesi menyiapkan satu kg pesanan angkrik.

Tidak hanya dijual dalam bentuk keripik angkrik, pasangan suami istri itu juga membuat tepung angkrik. Yang pembuatannya pun tidak begitu sulit hanya diparut kemudian parutannya diuleni dengan air lalu disaring dan diendapkan hingga mengering.

Tepung angkrik inilah yang konon banyak dicari oleh masyarakat terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat penyakit lambung atau maag. Tekstur tepungnya yang lembut dan mudah dicerna membuat tepung angkrik ini menjadi primadona apalagi bahan bakunya yang langka.

Meskipun usia mereka sudah menginjak setengah abad, namun tidak menyurutkan semangat Sukirno dan Suwesi untuk tetap bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. 

Covid 19 yang sempat menghambat langkah mereka terbantu dengan adanya adaptasi kebiasaan baru yang ditetapkan oleh Satgas Covid 19 demi menjaga kestabilan ekonomi. Hal ini rupanya menjadi titik awal perjuangan mereka untuk mengembangkan usaha keripik angkrik. (Lilian Kiki Triwulan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun