Kurang lebih 30 km untuk sampai di Desa Kramat, Kecamatan Karangmoncol dengan berbagai alternatif jalan yang bisa dilalui untuk bisa sampai di desa tersebut. Desa Kramat memiliki pesona alam yang indah mempesona.
Gugusan gunung berjajar rapi dihiasi hijaunya padi yang luas membentang. Jalanan yang berliku, menanjak dan menurun tidak menjadi penghalang untuk sampai di gapura yang bertuliskan 'Selamat Datang di Desa Kramat'.
Tidak jauh dari gapura tersebut, masuk melewati jalan kecil menuju Balai Desa Kramat. Namun perjalanan belum usai, perjalanan harus kembali dilanjutkan untuk menjumpai satu curug yang jauh di tengah hutan.
Curug Mantras begitulah orang sekitar menyebutnya hingga kini dikenal oleh masyarakat. Untuk sampai di Curug Mantras tidak dapat menggunakan kendaraan roda empat, pengunjung yang ingin menikmati pesona Curug Mantras harus menggunakan kendaraan roda dua.
Jalanan Menuju Curug Mantras Cukup Menantang
Jalanan menuju Curug Mantras cukup menantang, setelah melewati jalan desa, lalu masuk ke gang kecil yang hanya cukup dilewati oleh satu kendaraan. Jalanan yang licin dan sedikit berlumut, ditambah menikung dan menurun tentu harus bisa dilewati agar segera sampai di Curug Mantras.
Tibalah di suatu tempat yang digunakan untuk memarkirkan kendaraan bermotor tadi. Meskipun motor masih bisa masuk hingga ke dalam namun jalanannya masih tanah dan berbatu sehingga membutuhkan kehati-hatian dari pengendara.
Setibanya di Lemah Abang, begitu orang setempat menyebutnya, kendaraan sudah terparkir dengan rapi. Tinggal menyiapkan diri untuk melangkahkan kaki menuju Curug Mantras.
Perjalanan untuk sampai di lokasi kurang lebih memakan jarak 1,5 km. Dengan jalanan yang berbatu dan tanah khas hutan. Di sebelah kiri jalan ada aliran irigasi yang airnya bersumber dari Curug Mantras.
Terletak Di antara Gunung Tempel dan Gunung Gombong
Bening dan jernih, kedalamannya pun tak seberapa karena bisa terlihat bebatuan yang ada di dasar saluran irigasi tersebut. Di sebelah kanan jalan ada sawah yang hijau dan mulai menguning. Gugusan bukit menyapa dengan begitu lembut dan pepohonan khas hutan melambaikan salamnya.
Melintasi dua gunung yang bertengger di kanan dan kiri jalan yakni Gunung Tempel dan Gunung Gombong. Di dalamnya pun masih terjaga kealamiannya, di tengah hutan sana maih banyak dijumpai satwa liar seperti macan tutul, macan kumbang, kera dan babi hutan yang masih berkeliaran jauh di kedalaman.
Langkah kaki terus berjalan membelah hutan yang belum terjamah melewati jalan setapak yang dibangun masyarakat setempat agar mudah dilalui oleh petani glagah dan kapulaga juga kopi yang tumbuh subur di sana. Pohon pinus dan pohon karet berjajar berurutan diselingi dengan tanaman kopi yang sudah dipanen beberapa minggu yang lalu.
Tidak sedikit dijumpai warga desa yang baru pulang dari hutan dengan membawa hasil merumput untuk pakan ternaknya di rumah. Ada pula anak-anak kecil yang baru selesai mandi di curug dengan pakaiannya yang basah kuyup.
Batu Besar Pembatas Bagi Pengendara Sepeda Motor
Perjalanan masih setengah jalan, suara hewan khas hutan bersahut-sahutan menyapa kami yang baru saja datang. Burung-burung kecil beterbangan kesana kemari, hingga dari satu dahan ke dahan yang lain.
Bebatuan besar tertata di pematang sawah. Ada pula yang harus dilewati karena berada di tengah jalan. Batu inilah yang menjadi pembatas untuk pengendara sepeda motor yang masuk hingga ke dalam hutan.
Gemercik air yang mengalir begitu menenangkan, hingga rasa lelah yang ada hilang seketika. Desir sungai yang mengalir di bawah sana menandakan Curug Mantras sudah ada di depan mata. Betul saja, Curug Mantras dengan kondisi airnya yang jernih sudah nampak.
Tak sabar rasanya ingin segera menceburkan diri ke sana, udara begitu sejuk, pepohonan mengayun perlahan. Lewati sebuah jembatan bambu yang sudah mulai usang dan rapuh, di seberang sana ada tanah yang cukup luas untuk menaruh perlengkapan dan melepas alas kaki.
Cocok untuk Ciblon
Kurang pas memang kalau pergi ke curug tanpa menikmati kejernihan airnya. Saatnya untuk turun menikmati pesona Curug Mantras. Dengan ketinggian kurang lebih 4 meter dan kedalaman 1,5 meter pengunjung yang datang bisa bermain air dengan sepuasnya.
Banyak pula anak-anak yang berenang di sana atau orang biasa menyebutnya dengan ciblon atau bermain air. Ada dari mereka yang lompat dari batu yang tinggi ke dalam aliran air.
Bagi mereka yang ingin bermain air tapi tidak ingin berbasah-basah ria juga bisa duduk di bebatuan yang ada di sana. Bebatuan yang cukup besar dan bisa dilewati oleh siapapun. Namun, tetap harus hati-hati agar tidak sampai terpeleset karena beberapa batu yang ditapaki terasa licin.
Bagi mereka yang suka dengan fotografi tentu tidak bisa melewatkan momen yang langka dan harus diabadikan sebagai bukti perjalanan menuju Curug Mantras. Foto bisa diambil dari berbagai sudut dengan pemandangan yang menawan.
Makan di Pinggir Curug Beralaskan Daun Pisang
Selesai bersenang-senang dan bermain air di Curug Mantras tidak ada salahnya untuk menyantap bekal yang sudah dibawa. Beralaskan daun pisang makan pun terasa lebih nikmat meskipun hanya dengan menu yang sangat sederhana.
Puas dengan kenyamanan yang ditawarkan di Curug Mantras, matahari sudah tepat berada di atas kepala. Sudah saatnya untuk kembali pulang. Di sepanjang jalan menuju pulang tidak ada salahnya berhenti sesaat untuk mengabadikan foto di sana.
Ada banyak spot foto yang menarik dan bisa dijadikan sebagai latar belakang pemandangan yang memikat. Setibanya di lemah abang hamparan sawah dan pegunungan yang kokoh di ujung sana juga bisa menjadi spot foto yang luar biasa.
Pesona alamnya begitu memikat hingga membuat hati tertambat dan betah untuk berlama-lama di sana. Curug Mantras bukanlah satu-satunya curug yang ada di wilayah Purbalingga. Masih banyak curug-curug lainnya yang bisa dinikmati dengan berbagai keunikan dan keindahannya.
Kota dengan seribu curug, memang pantas Purbalingga mendapat julukan itu. Karena ada banyak sekali curug yang bahkan belum tersentuh dan tersembunyi di balik pegunungan yang ada di Purbalingga. (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H