Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pemasukan Minim, Pengeluaran Makin Hari Makin Bertambah

5 Mei 2020   19:56 Diperbarui: 5 Mei 2020   19:52 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bulan puasa, pengeluaran bukannya hemat malah makin membengkak," kata salah seorang ibu pembeli sayur keliling.

Hal ini rupanya dirasakan oleh sebagian orang di Bulan Ramadan tahun ini, salah satunya Bu Suwardi yang mengaku pengeluaran semakin membengkak. Suaminya yang hanya seorang pensiunan dan ia yang hanya sebagai ibu rumah tangga mengeluhkan pengeluaran yang tidak terkendali. 

Ia mengakui jika mengandalkan uang pensiunan suaminya memang tidaklah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada. Di tambah lagi, ia masih harus membayar uang kuliah putranya di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Tidak mudah memang untuk mengatur finansial tersebut apalagi di tengah situasi pandemi covid-19 yang menyebabkan perekonomian terganggu.

Bu Suwardi berusaha untuk menghemat pengeluarannya, namun apa daya harga kebutuhan pokok dan sehari-hari semakin hari semakin meningkat. Harga bahan pangan pun banyak yang mengalami kenaikan. Kenaikan harga yang tidak terkendali inilah yang mengharuskannya untuk menghemat pengeluaran untuk makan sehari-hari.

Pemasukan yang minim ditambah pengeluaran yang semakin bertambah menuntutnya harus pandai mengatur keuangan. Bulan Ramadan yang seharusnya pengeluaran bia terkendali justru semakin tidak terkontrol. Belum lagi tagihan listrik dan yang lainnya yang harus dibayarkan setiap bulannya.

Iya, listrik yang digunakan di rumahnya memang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah baik secara gratis atau setengahnya. Karena keluarganya masuk dalam kategori mampu atau R1M. Sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah karena sebelum bulan ramadan bahkan sebelum adanya pandemi ini, ia rutin membayar setiap bulannya.

Namun, rasanya ada yang berbeda pengeluarannya untuk membayar listrik justru semakin bertambah. Biasanya ia hanya membayarkan kurang lebih RP 170 ribu setelah adanya kebijakan pemerintah terkait listrik gratis dan dibayarkan 50 persen malah mengakibatkan listrik yang harus ia bayar sekitar Rp 200 ribu.

Ia pun tak lagi mempermasalahkannya dan berharap masih bisa membayar untuk ke depannya. Harga bawang merah dan bawang putih yang terus menerus, hal ini mengakibatkan pengeluaran untuk kebutuhan dapurnya bertambah. Ditambah lagi dengan harga gula pasir yang masih tetap di angka Rp 17.500 atau Rp 18.000 dan kebutuhan lainnya yang memang harganya pelan-pelan merangkak naik.

Apalagi saat ini ada cucunya yang tinggal di rumahnya bersama dengan ibunya yang merupakan putrinya. Kebetulan suaminya bekerja di perantauan sehingga tidak bisa pulang karena penerbangan yang akan dinaikinya membatalkan semua perjalanan ketika sudah diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Pekerjaan suami putrinya yang hanya seorang petugas proyek pun harus terhenti lantaran pimpinannya menghentikan pekerjaan untuk sementara waktu.

Alhasil, uang dari menantunya pun tidaklah sanggup untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya yang masih kecil. Apalagi anaknya masih membutuhkan susu untuk menunjang pertumbuhan anaknya. Bu Suwardi tak mengeluh, asalkan ia mampu dan ada kecukupan ia akan ikut membantu membelikan susu untuk cucunya.

Yang ia sesalkan, di saat pandemi harga barang mengalami kenaikan tetapi tidak ada lagi pemasukan yang didapatkan. Ia pun mensiasatinya dengan berkebun di rumahnya. Meskipun tidak ada lahan luas, tetapi ia memanfaatkan botol bekas dan media tanam untuk menanam tanaman di depan rumahnya. Tanaman yang ditanam suaminya beragam mulai dari cabai, bayam, kangkung, tomat, terung, kencur, kunir dan jahe.

Selain untuk mengisi waktu senggang suaminya yang telah pensiun sejak beberapa bulan lalu, ternyata dapat membantu memenuhi kebutuhan dapur. Sehingga pengeluaran untuk sayuran bisa sedikit ditekan. Kecuali untuk bahan-bahan yang tidak ditanamnya.

Minimnya pemasukan dan melonjaknya harga makanan tidak dirasakan olehnya saja, bahkan tetangganya pun juga merasakan hal tersebut. Ditambah lagi tetangganya terkena PHK akibat wabah virus corona yang ada. Perusahaannya tidak memperpanjang kontrak ribuan pegawai untuk mencegah dan memutus penyebaran virus corona.

Alhasil, pemasukanya pun sangat minim mereka hanya mengandalkan uang tabungan yang ada. Namun, istrinya ternyata bisa membuat barang dari benang rajut sehingga sedikitnya mampu memenuhi kebutuhan mereka. Mereka hanya mengandalkan pemasaran secara online dan menawarkan ke beberapa orang melalui media sosial.

Bagi Bu Suwardi, meskipun pemasukannya tetap tak ada lagi tambahan, ia tetap mensyukurinya karena masih mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Mengeluh pasti, tetapi tidak berlebihan. Adanya pandemi covid-19 terutama di bulan ramadan membuatnya ikhlas dan tetap bersyukur. Karena di luar sana masih banyak yang kekurangan bahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan pun harus menantikan bantuan dari pemerintah.

Meskipun pahit tapi setidaknya ia masih bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena dampak dari pandemi covid-19 tidak hanya dirasakan olehnya saja melainkan oleh semua orang. Hingga dampak perekonomian banyak orang pun terganggu. Berhemat, menjadi pilihannya untuk bisa memenuhi semuanya. Bersabar dan ikhlas menerima semua. Inilah cara Bu Suwardi menghadapi situasi tersulit saat ini. Karena baginya mengeluh tidak akan pernah menyelesaikan masalah, tetaplah tenang dan tidak berlebihan terutama dalam membelanjakan sesuatu. (Lil's)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun