Selain untuk mengisi waktu senggang suaminya yang telah pensiun sejak beberapa bulan lalu, ternyata dapat membantu memenuhi kebutuhan dapur. Sehingga pengeluaran untuk sayuran bisa sedikit ditekan. Kecuali untuk bahan-bahan yang tidak ditanamnya.
Minimnya pemasukan dan melonjaknya harga makanan tidak dirasakan olehnya saja, bahkan tetangganya pun juga merasakan hal tersebut. Ditambah lagi tetangganya terkena PHK akibat wabah virus corona yang ada. Perusahaannya tidak memperpanjang kontrak ribuan pegawai untuk mencegah dan memutus penyebaran virus corona.
Alhasil, pemasukanya pun sangat minim mereka hanya mengandalkan uang tabungan yang ada. Namun, istrinya ternyata bisa membuat barang dari benang rajut sehingga sedikitnya mampu memenuhi kebutuhan mereka. Mereka hanya mengandalkan pemasaran secara online dan menawarkan ke beberapa orang melalui media sosial.
Bagi Bu Suwardi, meskipun pemasukannya tetap tak ada lagi tambahan, ia tetap mensyukurinya karena masih mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Mengeluh pasti, tetapi tidak berlebihan. Adanya pandemi covid-19 terutama di bulan ramadan membuatnya ikhlas dan tetap bersyukur. Karena di luar sana masih banyak yang kekurangan bahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan pun harus menantikan bantuan dari pemerintah.
Meskipun pahit tapi setidaknya ia masih bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena dampak dari pandemi covid-19 tidak hanya dirasakan olehnya saja melainkan oleh semua orang. Hingga dampak perekonomian banyak orang pun terganggu. Berhemat, menjadi pilihannya untuk bisa memenuhi semuanya. Bersabar dan ikhlas menerima semua. Inilah cara Bu Suwardi menghadapi situasi tersulit saat ini. Karena baginya mengeluh tidak akan pernah menyelesaikan masalah, tetaplah tenang dan tidak berlebihan terutama dalam membelanjakan sesuatu. (Lil's)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H