Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wayang Suket, Kerajinan yang Masih Langka

11 Januari 2019   10:43 Diperbarui: 11 Januari 2019   11:36 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya, wayang suket tidak hanya terkendala bahan namun orang yang memproduksi wayang suket pun masih terbilang sangat jarang. Karena di Kecamatan Rembang hanya ada dua orang yang membuat wayang suket sebagai kerajinan. Badriyanto mengakui belum siap untuk mengedukasi masyarakat karena masih minimnya bahan pembuatan wayang suket.

Keseharian bapak dua orang anak ini sebagai tukang kayu, membuatnya tidak bisa fokus pada pembuatan wayang suket. Apabila ada pesanan wayang suket ia membuatnya di sela-sela pekerjaannya ataupun di malam hari.

Untuk harga satu buah wayang suket kecil yang berukuran 20 cm dibandrol dengan harga Rp 350 ribu. Sedangkan wayang suket berukuran besar dihargai Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu tergantung pada tingkat kerumitannya.

Suket yang digunakan untuk membuat wayang suket pun dipilih sesuai dengan ukuran. Untuk wayang suket berukuran kecil menggunakan suket yang berukuran kecil dan wayang suket besar menggunakan batang suket yang besar.

"Satu buah wayang suket kira-kira butuh 300 batang. Untuk penganyaman direndam dulu setengah jam sampai satu jam baru bisa dianyam," kata suami dari Khadirah.

Pembuatannya boleh dikatakan cukup rumit, namun dengan keuletannya pria kelahiran 1982 ini bisa memadukan teknik anyaman hingga menghasilkan satu buah wayang suket. Ada empat teknik anyaman yang digunakan meliputi kelabangan, gedheg, tikaran dan sarang lebah.

Proses pembuatan wayang dimulai dari hidung sampai kepala menggunakan teknik kelabangan. Kemudian anyaman tikaran seperti kail untuk bagian belakang kepala dan anyaman gedheg untuk bagian tangan. Terakhir, anyaman sarang lebah, yang mana rumput dipilin hingga membentuk tali dan dibentuk menyerupai sarang lebah.

Cucu dari Mbah Kasan Wikramatullah ini terus melestarikan kerajinan wayang suket. Dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga pun terus bergulir dengan menjadikannya sebagai salah satu souvenir. Bahkan wayang suket ini pun terus digelorakan menjadi salah satu icon dari Kabupaten Purbalingga. (PI-7)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun