Purbalingga memang memiliki keistimewaan tersendiri bagi warganya maupun orang-orang yang singgah ke Purbalingga. Sambutan yang ramah dan penuh kehangatan menjadikan orang betah mengunjungi kota ini, salah satunya wisatawan dari Belanda.
Kehadiran mereka setiap mengunjungi Purbalingga, tentu membuat keakraban yang erat antara wisatawan Belanda dan warga Purbalingga. Masih jelas terekam dalam ingatan mereka buah warisan dari pendahulu mereka yang sempat tinggal di Purbalingga.
Para wisatawan ini sendiri merupakan generasi ke tiga eks veteran perang Belanda yang pernah bertugas di Indonesia. Mereka tergabung dalam Yayasan Pikulan dan memberikan santunan kepada anak asuh yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia, termasuk Purbalingga. Paling tidak dua tahun sekali mereka datang untuk memastikan bantuan yang telah diberikan sampai kepada yang berhak.
Kedatangan mereka ke Purbalingga pada Jumat (14/9) pun mendapatkan sambutan hangat dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga khususnya. Mereka disajikan menu makanan tradisional khas Purbalingga dan ditawari aneka ragam produk UMKM Purbalingga. Mulai dari olahan makanan, souvenir, kain batik dan produk-produk lain khas Purbalingga.
Tidak hanya batik Purbalingga lho, Kopi Tubruk Kertanegara ternyata juga mampu menggoyang lidah para turis ini. Kopi yang disajikan ternyata mampu membuat wisatawan terpikat akan aroma dan rasa yang berbeda dengan kopi yang berada di negara asal mereka. Apalagi di tambah dengan sajian makanan tradisional tentu menjadi pelengkap cita rasa tradisional yang ditawarkan.
Arie van Vliet, salah satu dari 19 wisatawan Belanda yang dijumpai mengatakan ini memang bukan kunjungan pertamanya ke Purbalingga. Baginya, Purbalingga memiliki banyak cerita dan kenangan menarik sehingga ia bersama rombongan lainnya tak bosan-bosan untuk berkunjung ke Purbalingga.
"It's a long story, the first time I visited Purbalingga in 1993 and now I come back to Purbalingga. Now, Purbalingga. Now, there are many factory, house and more busses, more people growing in Purbalingga. It's very clean," katanya.
Cuaca Purbalingga pun rupanya sangat bersahabat dengan mereka. Cuaca yang tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin dan cerah menurutnya sangat sempurna. Ditambah sajian kopi tubruk khas Purbalingga yang mereka nikmati di selasar Pendopo Dipokusumo.
"Now, I drink a coffee, 'kopi tubruk' the taste of coffee is soft, not too strong and I take a sugar. But in Holland we have not a 'kopi tubruk'," ujar Arie.
"Two year before, we stay also here in the same building and now, they promote more products from Purbalingga. And the business man, they are active to promote their products," ungkapnya.
Perjalanan para wisatawan mancanegara ini tidak berhenti sampai di sini. Mereka masih harus melanjutkan perjalanan ke SD Kristen Bina Harapan dimana mereka memberikan bantuan pendidikan untuk peserta didik yang secara ekonomi kurang mampu.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Pabrik Permen Davos dimana para wisatawan ini diajak mengamati pembuatan permen davos dan diajari cara mengemasnya. Perjalanan mereka diakhiri dengan berkeliling kota menggunakan dokar. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka dan sudah rupanya 'Tour By Dokar' ini juga sudah diagendakan oleh mereka sejak tiba di Jakarta.
"We miss it tour by dokar because two year ago we also take tour by dokar before we leave Purbalingga," ucap Arie.
Ia pun berharap dapat kembali berkunjung ke Purbalingga tanpa harus menunggu dua tahun lagi. Ia mengharapkan kunjungan selanjutnya dapat menikmati berbagai keindahan pariwisata yang ada di Purbalingga. Karena baginya Purbalingga memiliki cerita tersendiri untuk selalu dikenang.
Bagaimana Purbalingga di mata kalian??? (Lil's)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H