Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Legenda di Balik Pesona Batik Limbasari

7 Januari 2019   16:26 Diperbarui: 8 Januari 2019   11:45 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik pesona batik Limbasari yang terkenal rupanya ada kisah Putri Ayu yang melegenda. Legenda Putri Ayu ini masih berkembang di Desa Limbasari dan dijadikan sebagai nama paguyuban di sana. Sutaryo (55) salah satu warga Desa Limbasari yang juga pengrajin batik di sana mengetahui kisah Putri Ayu yang melegenda.

Konon ceritanya, dulu ada sosok perempuan yang cantik jelita di Desa Limbasari. Perempuan cantik itu bernama Diah Wasiati. Ia tinggal bersama ibunya yang bernama Siti Rumbiah dan kakak laki-lakinya, Weling Kusuma.

Kecantikan Diah Wasiati ini ternyata diketahui oleh beberapa adipati di Purbalingga. Setidaknya ada 4 adipati yang berusaha mempersunting gadis berparas ayu itu. Empat adipati tersebut yakni Adipati Bandingan, Adipati Beji, Adipati Onje dan Adipati Sawangan.

Diah Wasiati kebingungan menjadi rebutan 4 adipati tersebut. Apabila ia menerima salah satu dari 4 pria tersebut maka yang lainnya tidak menerima dan marah. Mengetahui hal ini Weling Kusuma yang terkenal orang paling kuat dan memiliki kesaktian lantas tidak menyetujuinya.

Weling Kusuma kemudian membuat sayembara barangsiapa yang berhasil mengalahkannya maka pria tersebut bisa menjadi suami Diah Wasiati. 

Mengetahui hal itu, keempat adipati ini menerima sayembara dan masing-masing bertanding dengan Weling Kusuma namun tidak ada satupun dari empat adipati ini yang bisa mengalahkannya.

Akhirnya keempat adipati ini membuat kesepakatan untuk membunuh Weling Kusuma bersama-sama. Setelah Weling Kusuma tidak berdaya dan didapati telah mati kemudian bagian tubuhnya dimutilasi, masing-masing adipati tadi membawa bagian-bagian tubuh Kusuma.

Kepalanya disemayamkan dekat dengan Rumah Makan Siregol. Kakinya dikuburkan di Siregol, Karangjambu dan tubuhnya dikubur di Pelumbungan. Ternyata bagian tubuh Weling Kusuma memang sengaja dipisahkan karena apabila disemayamkan secara berdekatan konon bisa menyatu lagi ke wujud aslinya.

Mengetahui kakaknya telah meninggal, Diah Wasiati bertambah bingung dan keempat adipati itu ingin segera meminang Diah Wasiati. 

Sebelum menjawab permintaan para adipati itu, Diah Wasiati meminta untuk bertapa terlebih dahulu supaya mendapatkan wangsit. Dengan persetujuan ibunya, Diah Wasiati bertapa dengan cara dikubur hidup-hidup sampai satu minggu.

Satu minggu berlalu, kuburan Diah Wasiati ini digali kembali namun apa yang didapati ternyata ia sudah meninggal dan para adipati itu pun kecewa lalu kembali dengan tangan hampa. Makam Diah Wasiati ini pun masih ada sampai saat ini letaknya tidak jauh dari galeri Batik Limbasari.

Kisah inilah yang kemudian berkembang di masyarakat. Diah Wasiati dikenal sebagai Putri Ayu dan namanya kini diabadikan menjadi paguyuban batik di Desa Limbasari.

Proses meniup malam (Dokumentasi Pribadi)
Proses meniup malam (Dokumentasi Pribadi)
Paguyuban Batik Putri Ayu Limbasari
Enmiyarti, Ketua Paguyuban Batik Putri Ayu Limbasari menjelaskan nama Paguyuban Putri Ayu ini diberikan oleh Bupati Purbalingga pada saat itu yakni Bupati Triono Budi Sasongko pada tahun 2003 karena berhasil memenangkan lomba desain batik pada saat itu. Nama tersebut diambil dari legenda yang terus tumbuh di kalangan masyarakat.

Para pengrajin batik di Desa Limbasari sebetulnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, mereka terus bergeliat menghidupkan batik tulis khas Limbasari hingga dikenal banyak orang.

Batik tulis Limbasari ini memiliki ciri khas pada motifnya. Salah satu motif batik tulis yang terkenal yakni motif patrawisa. Motif-motif yang lain pun tersedia di paguyuban batik ini seperti pring sedapur, sawah layur, udan liris, waljinahan dan babon angrem.

Untuk terus mengembangkan batik tulis, Enmiyarti terus memperjuangkan dan mempertahankan batik tulis agar tetap eksis dan diminati walaupun kini sudah banyak bermunculan batik cap dan batik printing. 

Kini sudah lebih dari 100 pengrajin batik yang tergabung dalam Paguyuban Batik Putri Ayu, namun hanya 25 orang yang aktif setiap harinya membatik. 

Mereka tetap menjaga eksistensi batik agar terus berkembang dan mampu menopang kebutuhan ekonomi warga di sana di samping pekerjaan sehari-hari mereka yakni bertani. (Lil's)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun