Kisah inilah yang kemudian berkembang di masyarakat. Diah Wasiati dikenal sebagai Putri Ayu dan namanya kini diabadikan menjadi paguyuban batik di Desa Limbasari.
Enmiyarti, Ketua Paguyuban Batik Putri Ayu Limbasari menjelaskan nama Paguyuban Putri Ayu ini diberikan oleh Bupati Purbalingga pada saat itu yakni Bupati Triono Budi Sasongko pada tahun 2003 karena berhasil memenangkan lomba desain batik pada saat itu. Nama tersebut diambil dari legenda yang terus tumbuh di kalangan masyarakat.
Para pengrajin batik di Desa Limbasari sebetulnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, mereka terus bergeliat menghidupkan batik tulis khas Limbasari hingga dikenal banyak orang.
Batik tulis Limbasari ini memiliki ciri khas pada motifnya. Salah satu motif batik tulis yang terkenal yakni motif patrawisa. Motif-motif yang lain pun tersedia di paguyuban batik ini seperti pring sedapur, sawah layur, udan liris, waljinahan dan babon angrem.
Untuk terus mengembangkan batik tulis, Enmiyarti terus memperjuangkan dan mempertahankan batik tulis agar tetap eksis dan diminati walaupun kini sudah banyak bermunculan batik cap dan batik printing.Â
Kini sudah lebih dari 100 pengrajin batik yang tergabung dalam Paguyuban Batik Putri Ayu, namun hanya 25 orang yang aktif setiap harinya membatik.Â
Mereka tetap menjaga eksistensi batik agar terus berkembang dan mampu menopang kebutuhan ekonomi warga di sana di samping pekerjaan sehari-hari mereka yakni bertani. (Lil's)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H