Purbalingga pada Bulan Juli lalu menjadi tuan rumah pada ajang Jambore Daerah (Jamda) ke IV Kwartir Daerah (Kwarda) Jawa Tengah Tahun 2018 yang diikuti oleh siswa/siswi dari SD maupun MI dari Kabupaten/Kota se Jawa Tengah. Tentunya hal ini menjadi kesempatan yang bagus karena melalui kegiatan jambore dan kepramukaan lainnya pendidikan karakter dapat ditanamkan dengan sungguh-sungguh.
Dari kecil anak-anak SD/MI sudah diperkenalkan dan hafal dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pancasila dan Dasa dharma. Ini sangat penting sekali karena semua nilai-nilai ini sangat substansial di kehidupan sehari-hari. Â UUD, sebagai warga negara maka harus mentaati aturan-aturan yang sudah disepakati bersama.
Pancasila, mulai dari sila pertama sampai sila terakhir bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia harus menjadi manusia yang beriman, menghargai sesama manusia, saling menghormati, kemudian juga memperhatikan. Selanjutnya mengedepankan persatuan, musyawarah setiap kali ada masalah. Hingga akhirnya bersama-sama menuju keadilan sosial, dan kesejahteraan bagi semua.
Dasa dharma, ini juga merupakan amalan-amalan yang merupakan roh Pancasila yang dijabarkan dalam pendidikan kepramukaan. Perhatikanlah mulai dari dharma yang pertama hingga dharma ke sepuluh, inilah penanaman karakter bangsa dimulai dari generasi muda yakni dari anak-anak.
"Sehingga saya pikir apa yang saya katakan, pendidikan kepramukaan itu tetap relevan di era globalisasi seperti ini bahkan dirasa lebih relevan lagi," Kata Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko saat meninjau Kontingen Purbalingga pada Jamda Ke IV Kwarda Jateng Tahun 2018.
Di era kemajuan teknologi informasi seperti saat ini dirasakan justru lebih penting lagi supaya seluruh manusia Indonesia mempunyai ketahanan diri. Agar tidak kehilangan identitas ke Indonesiaan, identitas dengan budaya kita yang penuh dengan rasa persaudaraan, dan kegotongroyongan.
"Saya pikir semua aparat pemerintah apalagi kepala daerah ini harus berkomitmen untuk mendukung pendidikan pada umumnya salah satunya pendidikan kepramukaan dan ini termasuk dari pembangunan kualitas manusia Indonesia.," ujar Heru.
Tantangan Karakter
Biasanya dalam perkemahan besar yang selalu menjadi masalah adalah toilet karena tidak di rumah jadi  harus mengantri. Hal inilah yang dalam pendidikan kepramukaan disebut dengan tantangan karakter. Jadi dalam jambore ini peserta akan mendapatkan pengalaman juga penghayatan dini terhadap pendidikan karakter melalui tantangan karakter. Sehingga para peserta jambore harus mampu mengelola diri, temannya juga regunya, disiplin berorganisasi, peduli dengan teman.
"Termasuk di toilet juga harus peduli, jangan terlalu lama, ngantri. Itu bagian dari tantangan karakter. Yang datang lebih dulu dapat giliran lebih dulu, temennya jagain tapi kalau ada yang datang terus kebelet  ya didahulukan," papar Ketua Kwarda Jawa Tengah, Slamet Budi Prayitno.
Nantinya semua yang dilakukan pada saat jambore ini akan dialami para peserta di masa dewasa dan masa tuanya. Di sinilah miniatur pendidikan tersebut, pendidikan ruang terbuka di Gerakan Pramuka. Jadi, harus dibuat sub ideal supaya ada toleransi, peduli, dan mawas diri.
"Ada juga membantu kawan, mencoba mengelola sesuatu, karena memang terbatas maka harus dibagi. Ini bagian dari proses pendidikan jadi jangan dipandang sebagai kekurangan, memang ini kita buat seperti ini, bahkan ada unsur pendidikan survival," papar Budi.
Pramuka ini selalu relevan, mengapa demikian karena disinilah terdapat dharma kedua yakni cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. "Di sini ada teman yang kurang, ada teman yang perlu bantuan, ngantri itulah kasih sayang sesama manusia. ini sangat relevan.," ungkapnya.
Setelah terjun di masyarakat dan jiwa pramuka sudah mulai ditanamkan sejak dini nantinya mereka akan memiliki jiwa sosial yang baik. Sebagaimana dharma pertama taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, lalu dharma ke tujuh hemat, cermat dan bersahaja yang mana melatih mereka untuk tetap hemat, cermat dan bersahaja karena semua serba terbatas.
"Kalau mau boros-boros nanti seperti air bisa habis apalagi kalau dibuka terus, kasihan yang dibelakangnya nanti gak akan dapat giliran," ujar Budi.
Dengan peserta hemat, cermat dan secukupnya saja, ini akan menjadi pondasi di kemudian hari. Apapun yang akan mereka alami, kesuksesan apapun, para peserta jambore ini tidak akan meninggalkan kesederhanaan, keprasahajaan yang merupakan ciri bangsa Indonesia.
Ke semuanya ini tidak bisa langsung dipetik dalam sekejap. Harus ditanam terlebih dahulu, dirawat, dipupuk dan dipelihara hingga akhirnya baru bisa dipanen hasilnya. Pramuka adalah bagian dari proses menanam, merawat dan memelihara dengan harapan setelah lepas mereka menjadi manusia yang berkualitas.
Setiap Pramuka adalah Kantor Berita
Di era industri ke empat ini, media sosial tidak dapat dilarang-larang, melalui pramuka inilah mereka diajarkan untuk menggunakan media sosial. Penggunaan hp dan media sosial harus secara pintar, seperti tagline "Setiap pramuka adalah kantor berita".
"Beritakan yang baik-baik, beritakan bahwa pramuka itu berbuat sesuatu memberikan setitik bakti bagi bangsa ini. Meskipun setitik tapi kalau bisa dilakukan setiap hari dirawat dan dipelihara akan menjadi besar," terang Budi. (PI-7)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H