Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dames, Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan

3 Januari 2019   10:30 Diperbarui: 3 Januari 2019   10:55 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Tari Dames atau ada pula yang menyebutnya Tari Aplang, tarian ini merupakan tarian tradisional yang telah populer di Kabupaten Purbalingga. Tarian ini sudah ada sejak zaman penyebaran agama islam oleh para wali di tanah Jawa. 

Dames merupakan kesenian rakyat yang bernafaskan islam yang tercermin dalam syair yang terdapat di dalamnya. Seiring perkembangan zaman, Tari Dames mengalami perubahan penyajian. Perjalanan Tari Dames sempat terhenti karena proses regenerasi yang kurang lancar. Kata Dames sendiri berasal dari kata "Madams" dalam Bahasa Belanda yang artinya perempuan yang belum menikah atau biasa disebut gadis.

Dames ditarikan oleh delapan orang penari perempuan yang diiringi musik khas yakni rebana, bedhug dan kendhang. Jumlah penari tersebut mempunyai simbol arah penjuru mata angin yang berjumlah 8. Kesenian dames terdiri dari penari, pengrawit, dalang dan sinden. Ciri khas dari kesenian Dames terletak pada penggunaan kaos kaki dan kacamata yang dikenakan oleh para penari.

Dengan berkembangnya zaman, kesenian ini mengalami modifikasi pada syair, gerak dan kostum yang mengacu pada tradisi masa lampau. Tari Dames pun memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat, sebagai bagian dari kegiatan sosial dan sebagai sarana hiburan.

Syair pada tari Dames ini berbentuk sholawat. Selain untuk kepentingan syiar agama, dengan lantunan sholawat ini dapat menarik perhatian orang-orang untuk melihat sekaligus menikmati pertunjukan Dames.

Salah satu desa di Kabupaten Purbalingga yang masih melestarikan kesenian Dames yakni Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon. Kesenian ini dapat dilihat di bawah Jembatan Linggamas yang menghubungkan Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas. Tepat di tepian sungai klawing, masyarakat setempat biasa menampilkan kesenian Dames.

Dengan berkembangnya teknologi di dalam masyarakat, mengakibatkan kesenian ini mulai memudar. Namun dalam kondisi seperti ini kesenian Dames di Desa Kedungbenda masih dapat bertahan. Hal ini dikarenakan masih adanya paguyuban kesenian Dames yang mempertahankan.

Walaupun kecintaan terhadap seni tradisional mulai menurun, namun warga Desa Kedungbenda masih giat untuk melestarikannya. Tua, muda turut menjadi bagian dari kesenian ini. Tari Dames yang merupakan tarian gembira memiliki tujuan menghibur dan sebagai konsumsi publik.

Sebagai ciri khas kesenian Purbalingga, Tari Dames dapat menjadi icon budaya di Kabupaten Purbalingga. Gerakannya yang mudah juga dapat dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sulastri, (57) salah satu anggota dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kedungbenda mengatakan turut mendukung kelestarian kesenian Dames di Kabupaten Purbalingga. Ia mengajak warga setempat untuk turut andil memperkenalkan Dames kepada masyarakat. Kesenian yang terdiri dari beragam unsur pelaku, menjadikan keunikan tersendiri dari kesenian Dames. Warga Kedungbenda yang terdiri dari usia tua maupun muda bahkan anak-anak berbaur menyajikan kesenian ini. 

Di tepian sungai klawing, di bawah jembatan linggamas, masyarakat setempat biasa berlatih setiap satu minggu sekali atau ketika ada tamu yang berkunjung. Di hari libur nasional pun mereka tetap aktif melestarikan kesenian dames.

"Seminggu sekali itu latihan, walaupun gak ada tanggapan tapi tetap dipentaskan," kata Sulastri saat ditemui di Obyek Wisata Susur Sungai Klawing.

Kesenian Dames Kedungbenda juga ditampilkan saat ada hajatan atau biasa disebut ditanggap. Untuk pemain Kesenian Dames Kedungbenda sendiri terdiri dari para sesepuh di Desa Kedungbenda yang bertugas menjadi sinden juga menabuh rebana. Untuk penarinya sendiri terdiri dari anak-anak Desa Kedungbenda yang bersekolah di SD juga SMP.

"Empat penari Tari Dames ini malah kami ambilkan dari pengelola wisata, tapi karena anak masih SMP makanya kalau bantu disini hari Minggu," jelas Sulastri.

Sulastri menyampaikan anak-anak yang tergabung dalam Kesenian Dames saat hari sekolah, mereka tetap sekolah dan konsentrasi belajar. Tetapi saat hari minggu ataupun hari libur, anak-anak Desa Kedungbenda terjun langsung berlatih dan menampilkan kesenian Dames untuk menghibur pengunjung Objek Wisata Susur Sungai Klawing, Desa Kedungbenda, Kabupaten Purbalingga. (Lil's)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun