Untuk orang tua yang tidak memahami pendekatan homeschooling, penilaian-penilaian mereka terhadap metode ini “agak liar”. Bahkan sering juga saya menerima tamparan dari para wanita karena mereka menganggap saya merendahkannya. “Kalau ada uang, ngapain lu ngajarin anak sendiri. Kebagusan banget. Gue jadi kalah, kelihatan b***.”
Terlepas dari itu, di dalam homeschooling itu sendiri pun ada saja masalah. Misalnya, motivasi dan disiplin. Saat pandemi di tahun 2021, kegiatan homeschooling kami agak tersendat.
Di tahun yang sulit itu, peralatan pendukung homeschooling rusak dan tidak dapat diperbaiki, plus hal lain-lain. Tetapi karena kasih Tuhan, kami mendapatkan bantuan peralatan dan dukungan lainnya. Dengan modal itulah homeschooling kami dapat kembali berlayar.
Satu hal yang saya syukuri, disamping karakternya memang baik dan penurut, Puteri Kecil lebih memilih homeschooling daripada sekolah konvensional. Dengan demikian, saya tidak berat memelihara motivasi dan kedisiplin Puteri Kecil untuk belajar, mempertahankan rutinitas homeschooling, ataupun menjaga konsistensi kami berdua.
Kendala berikutnya adalah manajemen waktu. Ayo, siapa yang tidak memiliki masalah ini? Saya pikir, selama hidup semua orang pasti pernah menghadapi persoalan mengatur waktu. Apalagi orang tua tunggal yang harus menyeimbangkan waktunya untuk mengajar, mencari nafkah, melakukan tanggung jawab rumah tangga, dan dirinya sendiri.
Ada pula masalah isolasi atau tidak ada teman. Hal ini banyak diperdebatkan orang-orang, tetapi pada prakteknya Puteri Kecil justru dapat luwes bergaul dengan siapapun.
Di cluster tempat tinggal kami, Puteri Kecil bergaul dengan anak-anak seusianya, anak-anak di bawah usianya, bahkan bergaul dengan orang-orang dewasa yang menjadi teman saya.
Awalnya pernah anak-anak seusianya memboikot Puteri Kecil. Dia dikucilkan dan dipermainkan karena tidak sekolah. Bahkan, saat kami tinggal di perumahan mewah Gading Serpong, sekelompok anak orang-orang kaya raya sengaja berteriak-teriak hingga melempari rumah kami. “Orang miskin, orang miskin, orang bodo, ngga sekolah.”
Puji Tuhan, di tempat baru, Puteri Kecil memiliki beberapa teman. Sekalipun tidak banyak, tetapi setiap hari dia dapat berinteraksi dengan anak-anak lain. Bahkan saya memasukkan agenda sosialisasi sebagai kegiatan wajib bagi dia.
Lalu, kita masuk pada permasalahan inti homeschooling. Sebuah proses pembelajaran tidak akan berjalan mulus tanpa kurikulum yang tepat.
Awalnya saya juga agak limbung, tetapi teknologi internet menjadi pahlawan. Tepatnya, karena kemurahan pengelola www.k5learning.com, saya mendapatkan standar kurikulum. Sedangkan untuk suplemen materi, ada www.teacherspayteachers.com yang memberikan pilihan materi-materi segar.