Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kebahagiaan dan Tantangan Mengajarkan Keterampilan Membaca pada Anak

11 Mei 2023   19:00 Diperbarui: 27 Mei 2023   12:32 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca bukan semata-mata mempelajari kata dan kalimat baru. Membaca adalah aktivitas untuk menemukan dunia dan ide baru.

Mengajar membaca pada anak-anak adalah suatu tantangan berat, tetapi hasilnya sungguh membahagiakan.

Keterampilan membaca sangat penting, sebab keterampilan ini akan anak pergunakan hingga tua. Membaca bukan hanya sekedar aktivitas menghibur diri. Lewat membaca anak dapat mempelajari banyak hal.

Karena saya tahu betapa pentingnya membaca, maka saya berusaha mengajarkan cara membaca kepada Putri Kecil. Ternyata, itu bukan hal yang mudah. Mengajarkan cara membaca dari nol itu butuh upaya ekstra, kesabaran, bahkan harus kreatif.

Kami memulai safari membaca dari kata-kata sederhana yang terdiri dari 3 huruf. Variasinya dapat berupa CVC (konsonan - vokal - konsonan) atau VCV (vokal - konsonan - vokal).

Kata-kata 3 huruf mudah diingat dan enak diucapkan. Kegiatan itu jadi lebih hidup dan menyenangkan saat saya menambahkan visualisasinya. Putri Kecil jadi semakin cepat menguasai, bahkan asyik mewarnai gambarnya.

Setelah Puteri Kecil menguasai kata-kata yang terdiri dari 3 huruf, kami beralih ke kata-kata populer sehari-hari. 

Saya membuat kalimat sederhana, dan Putri Kecil membaca dengan mengeluarkan suara. Dan aktivitas tersebut kami lakukan setiap hari, disamping dia juga mempelajari subjek-subjek lainnya.

Sampai di satu titik, saya melihat Puteri Kecil membutuhkan tantangan baru. Suatu kegiatan membaca yang lebih menarik, efektif, dan tingkatnya lebih tinggi. Di saat itulah saya menemukan aplikasi membaca Epic.

Awalnya, Epic tampak cocok dengan kebutuhan Puteri Kecil. Apalagi aplikasi tersebut menyediakan fitur read along. Dimana ada suara narator yang memandu anak untuk membaca.

Beberapa lama kemudian saya menyadari jika cara itu tidak efektif untuk Puteri Kecil. Fitur read along bukannya membuat dia mengenali visualisasi kata dan mampu mengucapkannya, tetapi malah membuat dia tergantung pada narator dan malas. Kemampuannya membaca sama sekali tidak bertambah.

Beruntungnya, selang beberapa waktu kami menemukan aplikasi membaca Rivet. Aplikasi yang digarap oleh Google ini begitu unik. Anak-anak yang belajar membaca tidak dimanja dengan fitur read along. 

Mereka dituntut untuk membaca secara mandiri, tetapi Rivet juga menyediakan fitur narator per kata. Dimana narator hanya akan bersuara jika anak menekan kata yang dia tidak kenal dan tidak tahu bagaimana mengucapkannya.  

Dengan Rivet itulah kemampuan membaca Puteri Kecil berkembang pesat. Dari hari ke hari, dia semakin menguasai banyak kata. Dan saya melihat rasa percaya diri Putri Kecil untuk membaca pun meningkat.

Sayangnya, kami hanya mendapatkan kesempatan 1 tahun untuk menggunakan Rivet. Pada tanggal 15 Oktober 2020, Google mengakhiri masa operasi aplikasi Rivet.

Usut punya usut, Rivet adalah bagian dari Area 120. Yaitu bagian dari percobaan Google untuk mengatasi hambatan bahasa pada anak-anak.

Rivet sengaja dirancang untuk menolong anak-anak untuk mengembangkan kemampuan membaca dengan cara yang menyenangkan.

Sejauh ini, Rivet adalah aplikasi membaca terbaik. Dan saya bersyukur jika Puteri Kecil telah mendapatkan kesempatan emas mencobanya. 

Kebahagiaan dan Tantangan Mengajarkan Keterampilan Membaca Pada Anak. (Sumber Gambar: freepik.com)
Kebahagiaan dan Tantangan Mengajarkan Keterampilan Membaca Pada Anak. (Sumber Gambar: freepik.com)

Bahkan, saya berharap Google meneruskan keberadaan aplikasi membaca Rivet. Aplikasi membaca seperti Rivet membuat proses belajar membaca pada anak-anak jadi lebih mudah dan menyenangkan.

Dari pengalaman tersebut saya menyadari, untuk membuat anak mampu membaca, orang tua perlu membayarnya dengan jerih payah, kesabaran, dan dedikasi yang tinggi. Dan hasilnya, tentu saja mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa dan rasa bangga. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun