Beberapa lama kemudian saya menyadari jika cara itu tidak efektif untuk Puteri Kecil. Fitur read along bukannya membuat dia mengenali visualisasi kata dan mampu mengucapkannya, tetapi malah membuat dia tergantung pada narator dan malas. Kemampuannya membaca sama sekali tidak bertambah.
Beruntungnya, selang beberapa waktu kami menemukan aplikasi membaca Rivet. Aplikasi yang digarap oleh Google ini begitu unik. Anak-anak yang belajar membaca tidak dimanja dengan fitur read along.Â
Mereka dituntut untuk membaca secara mandiri, tetapi Rivet juga menyediakan fitur narator per kata. Dimana narator hanya akan bersuara jika anak menekan kata yang dia tidak kenal dan tidak tahu bagaimana mengucapkannya. Â
Dengan Rivet itulah kemampuan membaca Puteri Kecil berkembang pesat. Dari hari ke hari, dia semakin menguasai banyak kata. Dan saya melihat rasa percaya diri Putri Kecil untuk membaca pun meningkat.
Sayangnya, kami hanya mendapatkan kesempatan 1 tahun untuk menggunakan Rivet. Pada tanggal 15 Oktober 2020, Google mengakhiri masa operasi aplikasi Rivet.
Usut punya usut, Rivet adalah bagian dari Area 120. Yaitu bagian dari percobaan Google untuk mengatasi hambatan bahasa pada anak-anak.
Rivet sengaja dirancang untuk menolong anak-anak untuk mengembangkan kemampuan membaca dengan cara yang menyenangkan.
Sejauh ini, Rivet adalah aplikasi membaca terbaik. Dan saya bersyukur jika Puteri Kecil telah mendapatkan kesempatan emas mencobanya.Â
Bahkan, saya berharap Google meneruskan keberadaan aplikasi membaca Rivet. Aplikasi membaca seperti Rivet membuat proses belajar membaca pada anak-anak jadi lebih mudah dan menyenangkan.
Dari pengalaman tersebut saya menyadari, untuk membuat anak mampu membaca, orang tua perlu membayarnya dengan jerih payah, kesabaran, dan dedikasi yang tinggi. Dan hasilnya, tentu saja mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa dan rasa bangga. (*)