Many of us struggle to express our emotions effectively. Being able to convey how we feel, however, is important to our mental health. - Seph Fontane Pennock
Apa yang akan terjadi jika emosi seseorang tidak tersalurkan?
Emosi berhubungan erat dengan kesehatan mental. Dan kesehatan mental mempengaruhi kesehatan fisik.
Heather S. Lonczak mengatakan setiap orang perlu mewaspadai 13 hal, jika emosinya tidak tersalurkan. Untuk lengkapnya, silahkan membaca artikel How to Express Your Feelings.
***
Seorang introvert, seperti saya, umumnya sulit mencurahkan emosi. Saya lebih suka memendam emosi, atau menuliskannya.
Semenjak tinggal di perumahan kaleng sarden, tantangan untuk memanajemen emosi semakin tinggi. Tetangga bicara, berjalan, atau beraktivitas pasti terdengar dari balik tembok.Â
Malangnya, kami mempunyai tetangga yang pakar berbuat jahat. Diajak berteman tidak mau, malahan mereka memaksa berperang setiap waktu. Ada saja ulahnya untuk memancing pertengkaran.
Dulu, saya menggunakan Messenger untuk curhat. Saya kerap menuliskan perasaan kecewa, sedih, tertekan, dan apapun kepada akun teman yang sudah tidak aktif. Atau, sekedar curhat ke akun WA milik sendiri.
Sayangnya, entah bagaimana tetangga kepo dapat membaca. Dan yang lebih pahit, mereka memberi respon yang lebih menyakitkan, tidak diperlukan, bahkan tidak diharapkan.
Saat itu, kondisi keuangan kami sangat terpuruk. Ditambah ulah tetangga usil ini, kesehatan mental kami di ujung tanduk. Imun sistem kami menjadi rentan, dan penyakit batuk flu menjadi makanan rutin.
Keadaan kami waktu itu seperti jatuh dari ketinggian. Lalu tertimpa tangga, kemudian digilas mobil container gandeng 3, dan masih ditambah disayat-sayat hingga hancur.
Lama kelamaan saya jadi jengah jika tulisan dalam jurnal pribadi dibaca orang lain. Setelah bertahun-tahun menggunakan terapi menulis, akhirnya saya menghentikan menulis curhat.
Penting sekali bagi seorang introvert untuk memanajemen emosinya. Seph Fontane menerangkan ada berbagai macam kegiatan untuk selfcare. Salah satunya terkenal dengan sebutan terapi Seni Ekspresif.
Expressive arts therapy is a multimodal holistic health intervention that mobilizes creative expression in the service of healing both mind and body. - Jo Nash
Terapi ini cocok untuk orang yang kurang mampu menyuarakan isi hatinya. Mereka umumnya memilih untuk berdamai dengan siapapun dan tidak berdebat. Emosi-emosi negatif dari orang lain terus dipendam di dalam hati.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam terapi Seni Ekspresif adalah menggambar, melukis, fotografi, memahat, main musik, bermain drama, menulis puisi atau prosa, menari, dan bergerak.
Fokus dari terapi Seni Ekspresif:
- Mengekspresikan atau mengeluarkan emosi dari dalam relung hati. Tujuannya agar hati berada dalam keadaan yang seimbang dan waspada.
- Membebaskan imaginasi kreatifnya untuk bekerja dan berkarya.
- Berperan aktif untuk menyembuhkan diri dari trigger-trigger yang menyakiti. Atau aktif menyalurkan kebahagiaan keluar, sebab bahagia yang berlebihan akan membuat seorang individu menjadi tidak aware dan tidak alert.
- Menyelaraskan pikiran dan tubuh (mind-body)
Jauh sebelum keadaan ini berlangsung, saya sudah mempelajari teknik-teknik meditasi. Cara ini cukup ampuh untuk menetralisir emosi-emosi negatif. Tetapi tidak dapat mengobservasi trigger dari luar diri saya. Juga tidak dapat melacak apakah trigger yang terparah. Karena itulah saya menggabungkan meditasi dengan terapi menulis.
Sebelum keputusan berhenti menulis jurnal saya aktif bermain Home Design Star. Ternyata permainan design termasuk selfcare, tepatnya terapi Seni Ekspresif Kolase.
Permainan tersebut sangat membantu saya menyalurkan emosi. Baik itu emosi positif maupun negatif. Bahkan saya menikmati gambar-gambar yang dihasilkan di permainan itu.
Jadi, selain menulis jurnal, selfcare dapat menggunakan terapi Seni Ekspresif. Untuk tahu teknik-teknik terapi Seni Ekspresif, silahkan membaca artikel Expressive Arts Therapy.
I don’t want to be at the mercy of my emotions. I want to use them, to enjoy them, and to dominate them. - Oscar Wilde
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H