Each time a woman stands up for herself, without knowing it possibly, without claiming it, she stands up for all women. - Maya Angelou
Bertahun-tahun saya bergumul dengan Tuhan. Saya bertanya dan mendesak suatu keajaiban dariNya.
"Tuhan, saya kok merasa tidak berdaya sebagai perempuan. Padahal di dalam Alkitab, standar perempuan itu begitu tinggi, teramat tinggi. Bagaimana saya menjadi virtuous woman?"
Di dalam kitab Amsal 31, ada tertera 22 kriteria sebagai virtuous woman. Kata virtuous ini, hanya 2 kali tertera di dalam Alkitab. Salah satunya di Amsal 31, dan lainnya menunjuk pada karakter Ruth.
Â
Pada Mulanya Adalah BakatÂ
Ketika istilah alpha female booming, saya jadi teringat dengan kriteria virtuous woman. Lha! Yang dimaksud Amsal 31 itu, ya perempuan macam begini ini, alpha female.
Untuk lebih detail tentang alpha female, silahkan membaca tulisan Vanessa Van Edwards. Artikelnya menjelaskan tentang sosok alpha female, The Alpha Female: 9 Ways You Can Tell Who is an Alpha Woman.
Saya tertarik dengan cara Vanessa mengilustrasikan alpha female: she is talented, highly motivated, and self-confident.
Bakat, motivasi, dan percaya diri. Tiga hal tersebut saling berkaitan erat. Orang yang mengetahui bakatnya pasti akan termotivasi melakukan sesuatu dengan percaya diri.
Jadi, yang membedakan alpha female dari perempuan tradisional yaitu tahu bakatnya apa. Sayangnya, pola asuh di Indonesia kurang fokus pada penemuan bakat anak sejak dini! Orang tua lebih menekankan pada keterampilan akademis.
Bakat merupakan keahlian yang Tuhan tanamkan dalam hati setiap orang. Dan keahlian ini akan berhubungan dengan tujuan penciptaan seorang individu. Sebab Tuhan tidak menciptakan seseorang "asal saja", "pokoknya jadi saja", atau "kebetulan saja". DIA menciptakan seorang manusia dengan serius untuk satu tujuan mulia.
Dari cerita Bezaleel dan Aholiab, saya jadi mengerti betapa pentingnya bakat. Tuhan bekerja pada manusia lewat pengertian, pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, bakat adalah media Tuhan untuk menunjukkan kehadiranNya.
Lalu Lahirlah Motivasi
Ketika saya bandingkan kembali ke Amsal 31, virtuous woman adalah sosok perempuan yang sungguh berlimpah bakat. Dia digambarkan sebagai manajer rumah tangga.
Seorang virtuous woman adalah pemimpin sejati. Dia bukan hanya sanggup memimpin dan mengatur, tetapi kepemimpinannya luar biasa menakjubkan. Dia mampu mengarahkan dirinya sendiri, disamping menaungi anak, pelayan-pelayannya, orang-orang tertindas, dan orang-orang miskin disekelilingnya. Lebih dari itu, virtuous woman digambarkan sebagai "aktor belakang layar" untuk kesuksesan suaminya.
Dari Amsal 31 tersebut terlihat jelas jika akar berkilaunya virtuous woman adalah bakat. Dari kesadaran akan bakatnyalah dia memiliki motivasi melakukan perkara-perkara yang besar.
Sebagaimana alpha female, virtuous woman adalah perempuan yang berinisiatif memberikan dampak pada orang lain. Vanessa melukiskan motivasi kepemimpinan alpha female begitu indah: I know I can inspire others, I love being a leader, dan I know I can make a great impact in this world.
Maka Tegaklah Kepalanya Mengatasi Lawannya
Dari artikel-artikel di Kompasiana dan lainnya, alpha female merupakan sosok yang kuat. Dari yang berjabatan tinggi hingga ibu rumah tangga, alpha female terdeskripsi sebagai individu yang pintar, ahli, ambisius, dan percaya diri. Bahkan beberapa penulis mengatakan jika alpha female terkesan sebagai pribadi yang sombong.
In a group of women with very low alpha female tendencies, no one is sure how to act, what to talk about, or what the social pace is. - Vanessa van Edwards
Di artikelnya Vanessa, saya menggarisbawahi kalimat tersebut. Jadi tidak heran jika kesan sombong menempel pada perempuan dengan kadar alpha female yang tinggi. Bahkan Vanessa menjelaskan jika drama pasti terjadi jika 2 alpha female berinteraksi. Yang kalah kuat pasti akan bertingkah garang dan agresif menyerang.
Di bagian penutup Amsal 31, penulis mengatakan semua orang di lingkup virtuous woman mengatakan dia orang yang berbahagia. Kata berbahagia berbeda dari bahagia. Bahagia adalah kata benda, sedangkan berbahagia adalah kata kerja, yang artinya menikmati kebahagiaan.
Dengan demikian, wajar juga jika ada orang-orang kurang beruntung memberi cap alpha female itu sombong. Orang yang bahagia akan melakukan apapun dengan rasa percaya diri. Seperti lagu "Jika Allah ada di pihakku, siapa jadi lawanku?"
Bahkan, Vanessa menulis jika alpha female bukan hanya memiliki rasa percaya diri. Alpha female menyandingkan percaya diri dengan ambisi. Saya melihat alpha female berambisi memenuhi tujuan penciptaan mereka. Misi hidup mereka jelas.
Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang! (Amsal 31 : 31)
***
Bulan Maret terkenal dengan bulannya parapuan. Semoga semua perempuan Indonesia dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga parapuan Indonesia semakin berdaya dan digjaya.
Agar generasi-generasi yang mengekori parapuan ini pun menjadi individu yang luar biasa. Agar bangsa Indonesia berkenan di mata Tuhan, takut akan Tuhan, dan penuh dengan orang-orang baik.
Selamat menghiasi bulan Maret! Bulan Parapuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H