Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nol Emisi, Mungkinkah Tercapai?

27 Agustus 2022   14:18 Diperbarui: 31 Agustus 2022   04:30 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nol Emisi, Mungkinkah Tercapai? (sumber: pixabay.com/piro4d)

Tahukah Anda jika Indonesia menargetkan untuk mencapai Nol Emisi di tahun 2060?

Apakah Nol Emisi itu?

Nol Emisi (Zero emission) adalah jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah polusi yang mampu diserap oleh bumi.

Untuk mencapai Nol Emisi, Indonesia akan melakukan transisi sistem energi. Dan negara mengharapkan masing-masing Warga Negara Indonesia (WNI) mengurangi jejak karbonnya.

Jejak karbon adalah jumlah total polusi (termasuk karbon dioksida dan metana) yang dihasilkan oleh setiap orang karena aktivitas hidup.

Jejak karbon memberikan dampak negatif bagi kehidupan di bumi. Misalnya, kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.

Mungkinkah Mencapai Nol Emisi?

Menurut National Academies, secara teori, Nol Emisi dapat terlaksana.

Cara untuk mencapainya dituangkan dalam 4 ide berikut:

  • Menghasilkan listrik tanpa emisi.
  • Menggunakan kendaraan dan peralatan listrik.
  • Menggunakan energi secara efisien.
  • Menghapus karbondioksida dari atmosfer.

Letak Bhutan di Peta Asia. (Sumber: Google Map)
Letak Bhutan di Peta Asia. (Sumber: Google Map)

Negara yang telah berhasil menerapkan Nol Emisi adalah Bhutan.

Bhutan atau secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Bhutan berada di Himalaya Timur. Letaknya terkurung daratan Cina dan India. 

Kerajaan Buddha ini populer dengan biara para biksu dan pemandangan yang luar biasa cantik.

Biara Taktsang Palphug, Paro. (Sumber: www.gvi.co.uk)
Biara Taktsang Palphug, Paro. (Sumber: www.gvi.co.uk)

Kerajaan Bhutan jauh dari keramaian. Lebih dari 70% bagian dari negara ini tertutup pepohonan. 

Bhutan menyerap sekitar 7 juta ton karbondioksida per tahun. Dan hanya menghasilkan sekitar 2 juta ton CO2 tiap tahun.

Catatan penting untuk penguasa Indonesia dan calon penguasa baru nanti, Nol Emisi dapat tercapai ketika kelestarian lingkungan berada di garis depan agenda politik. Selain itu, Bhutan merupakan negara non-industri.

Berikut ini adalah cara Bhutan mencapai Nol Emisi: 

  • Melarang ekspor kayu gelondongan.
  • Memiliki UU yang menetapkan 60% dari total luas lahan negara harus berupa hutan sepanjang waktu.
  • Menggunakan pembangkit listrik tenaga air.
  • Menyediakan listrik gratis untuk petani di pedesaan.

Bagaimana Cara Mencapai Nol Emisi?

Mengurangi penggunaan transportasi udara. Semua kegiatan yang berhubungan dengan pesawat terbang menghasilkan jumlah polusi karbon yang tinggi.

Menggunakan kendaraan yang efisiensinya lebih tinggi. Tujuannya untuk mengurangi jumlah CO2 yang dilepaskan ke udara.

Menanam pohon. Tumbuhan berdaun hijau menyerap CO2 dan menghasilkan Oksigen.

Beralih ke energi yang lebih bersih. Dengan kata lain, jika mungkin, mengganti peralatan manual yang menghasilkan karbondioksida ke peralatan listrik.

Mengurangi konsumsi daging-dagingan ternak darat. Peternakan adalah penyumbang polusi karbon yang tinggi.

Membangun rumah yang lebih efisien. Maksudnya, luas menyamping dikurangi dan menambah ruang ke atas. Serta memperhatikan sistem sirkulasi udara dan pencahayaan.

Bagaimana Membatasi Jejak Karbon Pribadi?

Ada 5 faktor yang mempengaruhi jejak karbon masing-masing orang. Yaitu, makanan, pakaian, transportasi, energi, dan limbah rumah tangga.

1. Makanan

  • Pastikan hanya membeli makanan yang dibutuhkan dan pasti dimakan, untuk menghindari pemborosan.
  • Batasi konsumsi daging.
  • Jika mungkin, konsumsilah produk lokal. Maksudnya tidak perlu mendatangkan sumber makanan dari tempat yang amat jauh dan memiliki riwayat pengiriman yang panjang.

One stop living di perkotaan hendaknya memperhatikan hal ini. Developer tidak hanya membangun area perumahan, niaga, sekolah, pemerintahan, dan kesehatan. Perlu ada lahan yang berfungsi sebagai sumber bahan makanan lokal.

Hasil perhitungan jejak karbon di jejakkarbonku.id
Hasil perhitungan jejak karbon di jejakkarbonku.id

2. Pakaian

  • Rawat pakaian dengan baik dan donasikan pakaian bekas layak pakai kepada yang membutuhkan.
  • Menggunakan baju bekas yang masih layak pakai.
  • Jika membeli pakaian, pilihlah produk yang ramah lingkungan.

Pewarna pakaian bersifat karsinogen. Bayangkan jika membeli pakaian dari produsen yang tidak mengolah limbah pewarna dengan baik. Pakaian yang dibeli jadi ikut menyumbangkan kanker pada orang lain.

3. Alat Transportasi

  • Gunakan sepeda untuk mencapai tujuan jarak dekat.
  • Jika tinggal di wilayah perkotaan, gunakanlah transportasi umum atau berbagi kendaraan menuju tujuan yang sama.
  • Merencanakan rute perjalanan tersingkat dan terefisien, jika menggunakan kendaraan pribadi.

Bijaklah untuk menentukan kapan dan bagaimana berkendaraan. Sebesar 21% emisi global berasal dari transportasi.

Hasil perhitungan jejak karbon di carbonfootprint.com
Hasil perhitungan jejak karbon di carbonfootprint.com

4. Energi

  • Matikan air saat Anda menyikat gigi atau menyabuni piring.
  • Matikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan.
  • Gunakan lampu LED.
  • Beralih ke listrik prabayar.
  • Periksa daya listrik alat elektronik yang akan dibeli.
  • Cabutlah kabel pengisi daya ponsel saat indikator menunjukkan angka 80%.
  • Simpan data yang penting di cloud.

Air dan listrik adalah energi yang jumlahnya terbatas. Bijaklah menggunakannya agar terhindar dari denda tagihan air atau denda tagihan listrik.

5. Limbah Rumah Tangga

  • Reduce: Atur gaya hidup dan level konsumsi sehingga menggurangi sampah. Misal, tidak meminta peralatan plastik pelengkap (sendok, garpu, sedotan, plastik pembungkus tambahan) saat membeli makanan.
  • Reuse: Gunakan kembali atau sumbangkan botol-botol dan tempat makan plastik, kardus-kardus dan pembungkus paket belanja online, dan lainnya.
  • Recycle: Membuat barang-barang rumah tangga dengan mendaur ulang sampah. Misal, kemasan plastik sekali pakai dibuat menjadi tempat tissue, pakaian kotor, dll.

Sampah rumah tangga dapat dikelola dengan melakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Dengan demikian, volume sampah di suatu komunitas dapat berkurang.

***

Satu tindakan nyata seorang individu akan memberi arti bagi lingkungan, sekalipun tampak kecil dan kurang bermakna.

Bayangkan jika individu-individu itu bermultiplikasi menjadi satu komunitas. Lalu semakin banyak orang yang tertarik, dan menerapkan gaya yang sama. Kemudian satu negara membangun sistem dengan gaya tersebut.

Seandainya saja itu terjadi, akankah Nol Emisi menjadi mungkin tercapai di 2060? (*)

Referensi: (1), (2), (3), (4), (5), (6)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun