Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kembar Empat

22 Agustus 2022   19:55 Diperbarui: 22 Agustus 2022   19:56 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembar Empat. (Sumber: Silvi Komalasari)

Si Neng bingung! Subuh-subuh benar suara kucing ramai di depan kontrakannya.

"Kucing siapa sih?"

"Gue masih ngantuk juga."

"Dasar tetangga biadab!"

Si Abang terbangun dan komen, walaupun matanya belum terbuka.

"Lu piara kucing?"

"Berisik tuh kucing lu."

"Ntar gue tembak mati tuh kucing!"

Si Neng yang tidak mau disalahkan naik pitam.

"Heh, gue kaga suka kucing!"

"Gue juga keganggu."

"Kaga usah ngajak berantem subuh-subuh."

Neng dengan terpaksa beranjak ke beranda. Dia lihat kotak kardus di depan pintunya.

"Bujug buneng!" batin Neng.

"Siapa ini yang naroh disini?" katanya dalam hati.

Belagu jadi detektif, Neng memeriksa kotak misterius itu. Dia mengira-ngira siapa pelaku pembuang kucing.

Tiba-tiba dilihatnya Siti Muniroh, tetangga sebelah kanannya. Neng tidak membuang waktu, dia langsung menyapa Siti.

"Ti, apa lu tahu ini kucing siapa?"

Siti yang juga terganggu dengan suara kucing-kucing menangis, langsung menjawab.

"Oh, kucing lu ya, mpok."

"Gue pikir suara dari mana."

"Jangan pake berisik dong, mpok!"

Neng jadi naik pitam. Setarikan nafasnya, dia dengar suara Adzan Subuh. Lenyap sudah keinginan membantah Siti.

Neng tinggalkan kotak dan kucing-kucing di dalamnya. Dia menutup pintu dan mandi.

***

Si Abang tiba-tiba teriak.

"Neng! Buang tuh kucing!"

"Kaga kapok apa luh!"

Abang murka sebab Neng keguguran dua kali karena virus Tokso. Dulu mereka memelihara kucing. Saat Neng keguguran pertama kali, mereka tidak tahu apapun.

Di kehamilan kedua, dokter kandungan menyuruh Neng periksa darah. Ternyata Neng positif terkena Tokso. Kadarnya hingga 500-an! Alhasil, kehamilan kedua pun tidak selamat.

"Buang kemana, Bang?"

"Lu aja deh, Bang, yang buang."

Si Abang membawa kucing-kucing itu pergi. Neng pun sedih mengingat masa lalu.

Dari yang hanya pelihara satu kucing. Lalu menjadi 2, kemudian menjadi sepuluh.

Neng dan Abang pikir amal memberi makan kucing. Namun akhirnya mereka malah jadi korban amal.

"Mau amal ya sama orang, Neng, bukan sama kucing," kata Mpok Minah, ibunda Neng.

"Ya Nyak, mana gue tahu bakal gini," ujar Neng sedih.

"Ah, emang lu dan laki lu belum siap punya anak aja," kata Bang Salman, ayahanda Neng, menengahi ibu dan anak.

***

Neng termenung-menung di depan TV. Pikirannya masih penuh dengan kucing. Tangannya mulai menekan-nekan layar HP. 

"Seandainya itu kembar 4 masing-masing beranak 4, udah 16 plus 4 induk," batin si Neng.

"Kalau 20 kucing masing-masing anaknya 4 lagi," kata Neng dalam hati. "Bujug buneng, 100!"

"Pantes banyak banget kucing liar!" ujar Neng di pikirannya.

Setelah bertanya pada Mbah Google, Neng mendapatkan angka 300 dan 350 ribu untuk harga kebiri hewan liar.

Kebiri kucing betina Rp 300.000, sedangkan kucing jantan Rp 350.000. Tapi, ada juga sterilisasi gratis di Puskeswan.

"Ah, gue kapok pelihara kucing!"  (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun