Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Harga Tiket Pesawat Naik! Traveling Jadi Kegiatan Eksklusif

15 Agustus 2022   13:30 Diperbarui: 15 Agustus 2022   13:31 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga Tiket Pesawat Naik! Traveling Jadi Kegiatan Eksklusif. (Sumber: www.freepik.com)

Pupus harapan memberikan hadiah traveling dengan pesawat untuk Putri Kecil. Harga tiket pesawat, penginapan, kuliner, dan semuanya naik.

Padahal, dulu saya puas mengecap traveling dengan pesawat. Bukan hanya liburan dalam negeri, bahkan ada 1 trip ke Hongkong.

Sekalipun saat ini traveling dengan pesawat seperti mimpi, saya bersyukur jika Putri Kecil sudah 2 kali mengecap perjalanan dengan pesawat. Berkat dari Tuhan.

Kiri: Putri Kecil di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Kanan: Putri Kecil di Bandara Sepinggan, Balikpapan. (Dokpri)
Kiri: Putri Kecil di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Kanan: Putri Kecil di Bandara Sepinggan, Balikpapan. (Dokpri)
Seandainya nanti Tuhan ijinkan lagi kami traveling, saya tertarik pergi ke Pulau Komodo. Hadiah traveling untuk Putri Kecil.

***

Traveling mengajarkan saya tentang hidup. Mempelajari sesuatu dengan datang, melihat, dan merasakan langsung adalah cara yang menarik.

Saya belajar memahami kehidupan di berbagai daerah di Indonesia melalui traveling.

Dari seluruh perjalanan traveling, saya mengatur tempat-tempat yang akan dikunjungi. Tidak menggunakan paket wisata dari agen travel. Karena itulah traveling jadi ajang saya mengobservasi sesuatu. 

Dengan melakukan traveling sendiri, saya bebas mengatur kegiatan sesuai minat. Namun, traveling sendiri tentu saja perlu dukungan. Minimal ada orang yang dikenal dan ditanya saat ada di tempat asing.

Dukungan dapat berupa teman-teman baru yang akan membantu di tempat tujuan. Jadi sebelum berangkat, saya memaksimalkan peran komunitas.

Sebelum berangkat, saya gabung dengan sebuah LSM lingkungan, karena berminat di isu ini. Selain itu, mereka punya relasi luas di seluruh Indonesia. 

Cara lain dengan menjadi dharma worker (relawan meditasi). Pusat-pusat meditasi mempunyai jejaring dan solidaritas yang kuat.

Berbekal relasi-relasi ini dan kenalan-kenalan lain, perjalanan saya aman. Padahal saya hanya seorang diri, perempuan pula.

Dari pengalaman-pengalaman ini, saya justru kenal dengan parapuan-parapuan perkasa. Mereka bersuara bahkan berkontribusi untuk lingkungan.

Selain itu, saya juga menemukan spot-spot wisata yang jauh lebih menarik dan perawan. Hanya saja, tempat-tempat itu belum memiliki kelengkapannya sebagai tempat publik.

Secara umum, saya setuju untuk mengatakan bahwa traveling membuat hati lebih bahagia. Berbeda dengan tubuh yang akan menyanggah. Dan kenyataannya, traveling memang melelahkan tubuh.

Traveling lalu gabung ke satu center meditasi juga menarik. Untuk sejenak dapat memutus hubungan dengan dunia luar, bahkan me-recharge diri. Pasti ada pengalaman-pengalaman spiritual baru, dan itu adalah kesempatan yang langka.

Tak jarang juga traveling, sebagai backpacker, membuat stres dan cemas. Suatu kali, saya perlu bekerja lebih dulu untuk mencukupi biaya transportasi. Itu pengalaman unik sekaligus pelajaran kreatif instan.

Percaya atau tidak percaya, ketika traveling, saya mendapatkan suatu pelajaran baru, sekaligus keluar dari zona nyaman. 

Satu hal yang saya ingat dalam setiap perjalanan: Jadilah duta yang baik untuk tempat asal, nilai-nilai sosial, dan kepercayaan yang saya anut.

***

Satu sisi, saya pernah menjadi pelaku traveling. Di sisi lain, saya juga pernah merasakan sebagai pelaku usaha di tempat wisata.

Saat tinggal di Desa Burung Mandi, betapa senangnya jika tiba hari libur. Itu berarti ada pemasukan lebih dari air isi ulang, kelapa, dan pisang.

Penduduk Burung Mandi pun senang, sebab uang akan mengalir ke kantong mereka. Itulah keuntungan dari tempat wisata yang belum terjamah kekinian. Semua hal masih dikelola warga setempat.

Sayangnya, ada saja wisatawan yang membuang sampah sembarangan. Mengotori daerah pantai dan juga laut.

Bahkan ada wisatawan yang hobi minum alkohol di pantai. Ujungnya, sering ada perkelahian. Selain itu, ada juga yang terbiasa memecahkan botol minuman, dan pecahannya terserak dimana-mana.

Wisatawan seperti inilah yang membuat traveling jadi bercap negatif. Bahkan merugikan orang lain di tempat wisata.

Saya jadi ingat Senin pagi, subuh-subuh benar. Nelayan-nelayan Burung Mandi merapat di pantai. Tengkulak ikan menunggu hasil tangkapan mereka.

Penjaja makanan dan warung-warung makan masih tutup. Pantai begitu sepi orang, tetapi ramai sampah. Matahari malu-malu menyembul di ufuk timur.

Sedih melihat sampah-sampah itu, tapi apalah daya saya. Yang saya dapat lakukan hanya memunguti pecahan botol agar tidak melukai pengunjung pantai. (*)

Referensi: (1), (2), (3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun