Sebelum berangkat, saya gabung dengan sebuah LSM lingkungan, karena berminat di isu ini. Selain itu, mereka punya relasi luas di seluruh Indonesia.Â
Cara lain dengan menjadi dharma worker (relawan meditasi). Pusat-pusat meditasi mempunyai jejaring dan solidaritas yang kuat.
Berbekal relasi-relasi ini dan kenalan-kenalan lain, perjalanan saya aman. Padahal saya hanya seorang diri, perempuan pula.
Dari pengalaman-pengalaman ini, saya justru kenal dengan parapuan-parapuan perkasa. Mereka bersuara bahkan berkontribusi untuk lingkungan.
Selain itu, saya juga menemukan spot-spot wisata yang jauh lebih menarik dan perawan. Hanya saja, tempat-tempat itu belum memiliki kelengkapannya sebagai tempat publik.
Secara umum, saya setuju untuk mengatakan bahwa traveling membuat hati lebih bahagia. Berbeda dengan tubuh yang akan menyanggah. Dan kenyataannya, traveling memang melelahkan tubuh.
Traveling lalu gabung ke satu center meditasi juga menarik. Untuk sejenak dapat memutus hubungan dengan dunia luar, bahkan me-recharge diri. Pasti ada pengalaman-pengalaman spiritual baru, dan itu adalah kesempatan yang langka.
Tak jarang juga traveling, sebagai backpacker, membuat stres dan cemas. Suatu kali, saya perlu bekerja lebih dulu untuk mencukupi biaya transportasi. Itu pengalaman unik sekaligus pelajaran kreatif instan.
Percaya atau tidak percaya, ketika traveling, saya mendapatkan suatu pelajaran baru, sekaligus keluar dari zona nyaman.Â
Satu hal yang saya ingat dalam setiap perjalanan: Jadilah duta yang baik untuk tempat asal, nilai-nilai sosial, dan kepercayaan yang saya anut.
***