- Pepatah kuno -
Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.
Seumpama gula yang menarik semut, seperti itu pula Pesta Demokrasi. Lumrah, sebuah pesta punya daya tarik tersendiri.
Satu hal yang perlu dipegang tiap orang yang akan terjun sebagai relawan politik:
- Jika sampai ada hal tidak menyenangkan saat kampanye, belum tentu ada yang menanggung.
- Sekalipun kita giat menjadi relawan, tetap saja ujungnya bukan kita yang memerintah dengan pemenang.
- Biarpun kita setia memeriahkan pesta suatu Parpol, lebih mungkin jika eksistensi relawan dilupakan dan disangkal.
 "Kok getir amat, Neng? Apa punya pengalaman pahit?"
"Banyak, Bang."
***
Tiba-tiba si Neng terpikir ide Kampanye Politik yang Cerdas.
"Bang, ogah ah kaos-kaos mulu! Baju gue dah banyak tuh di lemari."
"Nih, Bang, gue bagi ide yah."
"Kalo lu mau bagi-bagi kaos, buat tuh bagus-bagus kaosnya. Tapi, adain lomba jalan santai 7 kilometer yang unik. Misal, cowo-cowo kudu make up dan cewe-cewe kudu dandan kaya cowo. Sepanjang jalan kaga boleh ada yang saling ngomong, biar kaga mancing ribut."
"Kalo lu mo bagi botol minum, sekalian dong sama lomba lari marathon atau lomba fun bicycle. Kan biar sehat."
"Bang, bagi-bagi talenan bagus tuh. Sekalian lomba masak sehat, buat menu sehat, dan seminar tentang nutrisi."
Si Abang gelagapan. Pusing.
"Neng! Bujug buneng. Ini kampanye, Neng!"
Si Neng tidak mau kalah.
"Iya, Bang! Kampanye Cerdas! Ini tahun 2022, Bang. Udah era digitalisasi, Bang."
"Kampanye pake motor atau mobil keliling-keliling bawa atribut Parpol basi, Bang. Belum emisi karbonnya. Efek rumah kacanya."
"Bagi-bagi buku untuk anak-anak ngelir tuh. Sambil ada English fun day. Belajar English sebentar trus lomba."
"Buat emak-emaknya bagi-bagi dompet dari recycle bungkus kopi, bungkus indomie, bungkus snack. Sambil ada pelatihan recycle buat keranjang baju kotor, kotak mainan anak-anak, keranjang parcel, atau apa ajalah yang gede-gede."
Si Abang marah.
"Cukup, Neng! Pikiran lu ngga waras."
"Di sono noh yang rambutnya pada kuning-kuning, kaga ada kampanye kaya kata lu!"
"Emang lu pikir di Indo pada ngarti apa!"
Si Neng, yang lagi tergila-gila sama Nancy Pelosi, tetep ngotot.
"Makanya diadain, Bang!"
"Biar pada pinter tuh anak-anak kaya si Nancy Pelosi!"
Si Abang yang kurang tanggap pergi meninggalkan si Neng yang mimpi ingin seperti Nancy Pelosi.
Neng membatin dalam hatinya.
"Dasar lu! Kagak menghargai perubahan."
"Buat apa uang kampanye cuma buat beli rokok, mondar-mandir di jalan."
"Kalau mau pesta, pesta yang cerdas lah! Rakyat kebagian yang berguna." (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H