Kartini, seorang visioner, terlahir dengan bakat unik. Dia mampu melihat apa yang orang lain belum dapat bayangkan terjadi. Dan ketika mimpinya mulai terwujud, namanya menjadi bagian dari sejarah.
Kartini dan Esensi Perjuangannya
Sebagai puteri seorang Bupati, Kartini hidup dalam lingkungan yang berkelas. Dia mampu mempelajari bahasa Belanda, memiliki teman-teman orang asing, bahkan sanggup mengirimkan suratnya pada teman-temannya yang tinggal di Belanda.
Hak istimewa tersebut, tentu saja tidak dimiliki semua perempuan di zaman itu. Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah kegigihan dan kerja keras Kartini untuk belajar sendiri mengasah bahasa Belandanya.
Perjuangan Kartini untuk mendapatkan
pengetahuan tidak frontal, dia berjuang di atas kertas beralaskan ide dan pemikirannya. Dengan kertas dan tinta sebagai senjatanya, Kartini berperang dengan ketidaksetaraan.
“Badannya terkurung di rumahnya, namun pikirannya merdeka dan menerawang dengan impian perjuangan bagi kaumnya.”
“Dengan menulis, Kartini menyampaikan gagasan, ide dan pemikirannya tentang keinginannya untuk menghapus diskriminasi terhadap kaumnya.”
Kartini tertarik pada pola pikir perempuan-perempuan Eropa, yang jauh berbeda dengan cara berpikir perempuan di jamannya. Dia menilai, budaya Jawa menghambat kemajuan perempuan. Sedangkan perempuan-perempuan di Eropa dapat berekspresi lebih bebas, dan mereka dapat leluasa menuangkan ide-idenya menjadi suatu bentuk nyata.
“Kartini adalah perempuan dengan pendalaman pikiran dan batin yang kompleks.”
“Pemikirannya luas, dalam dan terlalu canggih pada zamannya.”