Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tenang dan Percaya Diri, Itulah Kekuatanmu!

2 April 2022   14:15 Diperbarui: 2 April 2022   14:28 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penderitaan

Tanpa ego

Tak ada yang abadi

Damai dan Harmonis

Namaku Medika Lestari, orang-orang memanggilku Medi. Aku ini produk keluarga gagal, alias bercerai. Sayangnya, hal itupun menimpa kehidupan rumah tanggaku.

Kehidupanku pun seperti kena kutuk, penuh dengan kesengsaraan. Jika bahagia itu seorang laki-laki, ibaratnya dia tak pernah tertarik melirikku.

Jarang sekali kutemukan orang-orang yang tingkah lakunya manis. Aku dikelilingi manusia-manusia menyebalkan yang berlaku sembarang. Dan mereka semua itu membuatku sakit hati dan sedih.

Bukan hanya itu, aku seperti magnet untuk hal-hal pilu, yang benar-benar aku benci. Segala hal yang tidak diharapkan, justru itu yang terjadi. Apa yang kuharapkan terjadi, malahan berlari menjauh dariku.

Bahkan, di kamusku hanya ada kata gagal. Apapun yang kukerjakan, pasti ada saja rintangan yang tak dapat kutaklukkan. Hidupku penuh penderitaan, dan aku membenci banyak orang.

Suatu kali, tak sengaja kudengar gosip orang-orang di sekelilingku. "Nah, si tukang onar tuh," tutur seorang cewe muka badak, yang seenak-enaknya memberikan stempel jelek.

Selang beberapa hari, aku dan cewe muka badak terbelit adu mulut nan heboh. Ujungnya, kami berdua bergulat dan saling jambak. Hingga akhirnya Pak RT datang melerai.

Ketika kabar tawuran itu terdengar ibuku, dia datang bersama sekeranjang nasehatnya. Duh, kata-katanya memojokkan dan meremukkanku.

"Neng, kamu itu sudah 30 tahun, masih juga berantem dengan tetangga seperti anak kecil," kata ibuku sambil membuat sambal mangga kesukaanku.

"Yang salah itu dia, bu," sanggahku, "Bukan aku yang mulai, dia yang mulai, bahkan dia gosipin aku ke orang-orang."

"Umur 30 tahun kok belum mengerti hidup damai dan harmonis dengan tetangga," kata ibuku sambil terus memojokkanku, "Seharusnya kan kamu yang tenang sekalipun dia gosip macam-macam, supaya tetangga juga adem dan kalian hidup rukun."

Itu tuh, yang aku engga suka dari ibuku. Tidak memposisikan dirinya di tempatku.

Dua tahun berlalu, dan nasibku ya tetap sama. Naik sedikit, turun banyak. Begitu-begitu aja, susah dan menderita.

Datang Tak Diundang, Pergi Secepat Kilat

Di awal tahun 2010, tiba-tiba hidupku berbalik 180 derajat. Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan kelas dunia, Pou Chen Group.

Awalnya, gajiku UMR plus tunjangan bahasa Inggris. Lantas, aku melihat peluang untuk naik jenjang karir. Dan entah dewi apa yang memuluskan jalanku hingga berhasil, bahkan gajiku pun menjadi 4 kali lipat.

Wow, rupanya Tuhan sedang berpaling padaku. Aku mulai kenal kata bahagia.

Relasiku dengan kawan-kawan di pabrik baik-baik saja. Hampir 10.000 karyawan aku kenal, mulai dari tingkat rendah hingga ekspat.

Dari seluruh karyawan lokal, hanya aku yang punya kesempatan kenalan dengan bos besar, Charles Huang. Bahkan, dia menawarkan posisi sebagai asistennya dengan gaji 2,5 kali lebih tinggi.

Sayangnya, aku ini si tipe setia. Bosku, David Lin, orang yang super menyenangkan. Sekalipun dia
hanya datang ke Indonesia 3 bulan sekali, tim kami terikat dengan erat.

Suatu hari, ketika David Lin di Indonesia, dia menyengatku dengan berita buruk, “Medi, apa kamu ribut dengan Ira? Dia beberapa kali menghubungi saya dan mengeluhkan tentang kamu.”

Bagai petir di siang bolong, aku tak menyangka Ira akan bertindak sejauh ini. Cewe tomboi, yang juga single parent ini, berambisi menjadi kepala divisi.

Dia sudah berhasil menendang Umar Hadiman ke Karawang, dan mungkin ini peluru untukku.

“Mr. Lin, sungguh aku engga mengerti,” kataku berusaha menjelaskan pada David Lin, “Baru dua hari lalu, aku main ke rumah Ira. Bertemu Panji, anaknya yang berumur 4 tahun.”

David Lin hanya menganggukkan kepala. Dan kami pun larut dalam pekerjaan. Sesekali kami membahas Tzu Chi, DAAI, dan penghijauan.

Sekembalinya David Lin ke Vietnam, Charles Huang mulai gencar menawarkan pindah posisi. Dia mengatakan jika posisiku kurang aman, sebab Ira didukung Jack Chen, petinggi setingkat di bawah Charles Huang.

Tibalah hari naasku, nasib baik pun
meninggalkanku. David Lin menyarankan mundur perang, Charles Huang memaksa pindah posisi, sementara Frank Tang memberikan simpati dan menguak trio kerok.

Melihat Segala Hal Sebagaimana Adanya

Setelah hengkang dari PCI, berteduhlah aku di bahu Nai-Nai, guru bahasa Mandarin sekaligus tetua yang kupercayai.

“Saran Nai-Nai, kamu ke Vipassana,” tutur orang tua itu.

Aku ikuti nasehat Nai-Nai. Aku mendaftar untuk kursus 10 hari melalui website Vipassana. Lalu, berangkatlah aku ke Dhammajava di Gadog, Bogor.

Tahun 2011 menjadi titik balik kehidupanku. Itulah tahun dimana aku mengenal meditasi dan teknik Vipassana untuk pertama kalinya.

Things constantly occur contrary to our desires and wishes.

Suara Goenka memenuhi bangsal meditasi. Dalam posisi duduk bersila, aku coba mencerna penjelasan-penjelasan Goenka.

Whenever any impurity arises in the mind,
physically two things start happening
simultaneously. One is that the breath loses its normal rhythm. The other is every impurity will generate some sensations within the body.

Setelah 15 menit berlalu, aku hilang konsentrasi. Kedua kaki yang terlekuk mulai sakit, begitupun pinggang, punggung, bahkan pundakku.

Aku mengerahkan segenap tenaga untuk bertahan dalam posisi sila. Ya ampun, sulitnya. Seluruh badanku sakit, benar-benar sakit.

When breath loses its normality, that is a warning sign that something has gone wrong. So we can start observing the respiration.

Sakit, hanya sakit yang aku rasakan. Bagaimana mengamati nafas? Apakah aku bernafas saja tidak pernah kuperhatikan.

Similarly, sensations arise and tell us that something has gone wrong. So we can start observing the sensations.

Nah, apa yang salah? Rasa sakit di seluruh tubuh ini menandakan apa?

Sekelebat bayangan ayahku memukuli ibuku hadir. Tiba-tiba telapak kaki kiri begitu sakit. Teramat sakit.

Lalu sekilas bayangan pergulatanku dengan cewe muka badak melintas. Tiba-tiba betis kaki kananku sakit sekali, hingga aku menangis.

Thoughts or emotions that arise manifest themselves in the breath and the sensations of that moment. As soon as we start observing respiration and sensations, we will find that the negativity
passes away.

Bajuku basah kuyup, keringatku mengalir deras menahan sakit. Badanku gemetar, lidah kugigit untuk menahan sakit.

Rasa sakit itu seperti mencintaiku. Dia terus bertahan di dalam tubuhku. Menyiksaku tak henti-henti.

Suara penyelamat datang. Bunyi bel menandakan sesi meditasi kelompok telah berakhir.

***

Hari keempat badanku lebih segar, rasa sakit agak berkurang. Goenka mulai menjelaskan Vipassana, melihat segala hal sebagaimana adanya.

Whenever negativity arises in the mind, just observe it, face it. Soon as you start to observe a mental impurity, it begins to lose its strength and slowly withers away.

Mungkin, inilah penjelasan tentang berkurangnya rasa sakit di seluruh tubuhku. Rasa sakit itu tetap ada, hanya saja aku sudah terbiasa dengan dia. Aku mulai bisa menerima rasa sakit sebagaimana adanya.

If we are facing reality as it is, or in the other word we persist, they eventually disappear altogether and we begin to live a peaceful and happy life, a life free of negativity.

Akhirnya, rasa sakit itu raib dengan ajaib, dan rianglah hatiku. Hari kelima hingga terakhir, meditasi menjadi lebih mudah. Bahkan aku mulai bisa memperhatikan sekelilingku lebih detail.

Manfaat dari meditasi ini mulai terasa. Sekalipun aku belum paham sepenuhnya, tapi memang ada yang berubah di dalam tubuhku, entah dimana dan entah apa.

Selaksa mobil yang diberi mesin baru, tubuhku terasa lebih bugar dan segar. Dan menurut Goenka, satu alasan tubuh menjadi sehat adalah nutrisi.

Dan memang, selama 10 hari aku hanya dijamu makanan vegetarian: sayur, buah, dan protein nabati.

The goal of Vipassana training is total liberation from all defilement. One who is free from impurities will know himself and has a pure mind as well as full of love. He is full of equanimity in the face of any situation.

Obat Mujarab untuk Isu Global

Perjumpaan dengan Vipassana membawaku pada sederet pengalaman meditasi. Hingga akhirnya aku menemukan: meditasi membawaku pada sebuah pengalaman spiritual.

Dulu, aku terkungkung dengan dosa, kegagalan, penyesalan, kegeraman, kebencian, dan semua hal negatif. Namun Vipassana membebaskanku dari semua penderitaan di masa lalu.

Vipassana memberikan pencerahan atau
perspektif baru, bagaimana seharusnya aku hidup. Dan satu lagi, bagiku Vipassana seperti obat mujarab untuk berbagai masalah. Bahkan aku percaya, Vipassana adalah jawaban untuk isu global saat ini. 

... dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. Tetapi kamu enggan, ... (Yesaya 30 : 15)

(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun