Di abad ke 19, muncul usaha-usaha untuk membasmi prostitusi. Pandangan masyarakat di seluruh dunia berubah secara radikal. Prostitusi menjadi 'hantu' yang menakutkan, dengan munculnya AIDS di tahun 1980.
"Prostitution increases regularly with wealth, and no raising of wages can abolish it." - Arnold Clarkson
Sekalipun prostitusi dibayang-bayangi penyakit mematikan, toleransi membuat bisnis prostitusi bertahan hingga saat ini. Di Amerika, Brasil, dan Bangladesh, prostitusi adalah bisnis yang legal. Di negara-negara Asia dan Timur Tengah, prostitusi dilarang sekaligus ditoleransi.
Prostitusi, Apakah Masalah Kemiskinan atau Gaya Hidup?
Belakangan ini, marak berita artis yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai pekerja seks. Hal ini bukan berita yang baru.
Masyarakat memandang, dunia film adalah dunia yang 'beruang'. Sehingga berita 'pekerjaan sampingan' artis jadi tanda tanya. Padahal, begitu banyak artis yang hidupnya dalam kemiskinan.
Prostitusi tidak dapat dicap salah atau benar, sepintas lalu. Pekerjaan ini bertahan dari jaman kuno hingga saat ini. Artinya, dari waktu ke waktu, kebutuhan akan wanita atau pria pemuas nafsu seks tidak berubah.
Nafsu seks manusia, tidak akan pernah berhenti. Ketertarikan terhadap wanita atau pria, secara ilmiah atau rohani, adalah hal yang wajar. Sebab salah satu tujuan manusia ada di bumi adalah beregenerasi.
"In all places where free love is separated from passions and their satisfaction, prostitution is found." - Schurtz
Bagaimana menempatkan nafsu seks pada alur yang semestinya? Ini yang menjadi misteri tidak terpecahkan hingga saat ini. Bahkan tampak mustahil.
Adanya penyakit mematikan seperti AIDS belum tentu jadi penangkal nafsu seks yang liar. Apalagi menjaga nafsu seks dengan Polisi Seks. Ini lebih konyol.
Di jaman kuno ataupun saat ini, untuk topik nafsu seks, umumnya manusia dan hewan mamalia sama. Liar dan belum ada reformasi berarti pada manusia.