"Hak anak untuk bersekolah meskipun dari rumah, harus tetap terpenuhi selama pandemi." - Mega Indrawati, Education Team Leader WVI
Setiap anak memiliki hak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Di mana tujuannya adalah untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri seorang anak.
Ketika seorang anak lahir, Tuhan bukan hanya memberikan tubuh dan kelengkapannya. Sekaligus Tuhan sudah tetapkan tugas apa yang harus dilakukan si anak di dunia. Sehingga, Tuhan juga perlengkapi anak itu dengan bakat dan minat.
Dalam proses mengembangkan kapasitas anak, yang perlu dilatih adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Proses belajar di sekolah mengembangkan kecerdasan intelektual anak.
Mengapa tiap anak perlu mengembangkan kecerdasan intelektual? Agar mereka dapat bertahan hidup di masa depan.
Untuk mencerahkan masa depan anak-anak 3T, ada sejumlah orang yang rela mengabdikan dirinya. Ada komunitas Wahana Visi Indonesia, juga guru-guru yang bersahaja.
"Kami mengunjungi anak-anak untuk mendampingi belajar, menjemput tugas yang sudah dikerjakan dan memberi tugas untuk mereka kerjakan." - Rina, guru di NTT
Begitupun dengan Maria Ernaliana Seko dan Kristina Ani. Saat diberlakukan Sekolah Darurat, guru-guru SDK Galawea di Kecamatan Nangaroro, NTT, rela berkeliling desa setiap harinya. Dengan tujuan mengunjungi anak-anak didik. Agar anak-anak dapat tetap belajar dan masa depan mereka cerah.
Dedikasi terhadap profesi, ini yang akan membedakan kinerja seseorang. Orang-orang yang memiliki dedikasi tinggi, mereka melakukan pekerjaannya dengan tulus.
Dalam kondisi darurat, guru-guru bisa saja memilih meliburkan diri. Atau mereka dapat menunggu siswa yang mencari guru. Namun, guru-guru ini memilih untuk melayani. Keteladan mereka patut diacungi jempol.