Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Pemimpin-Pemimpin Sejati

26 Juni 2020   11:31 Diperbarui: 30 Juni 2020   09:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi | Shutterstock.com

"Apa kamu mau bantu belajar yang Kejar Paket?" Tanya seorang teman.

"Maksudnya?" Saya bertanya kembali. Menuntut penjelasan lebih.

"Kejauhan kalau aku harus antar anak ini ke Cikupa. Belajar sama kamu aja. Materi kejar Paket, aku yang download." Jawab teman ini seraya menjelaskan kondisi.

"Apa ada syarat pertemuan? Dia harus absen atau tidak?" Saya bertanya kembali.

"Enggak. Yang penting, materi diambil rutin dan nanti ujian." Jawab teman ini.

"Ya, ok. Aku yang ajar." Saya menerima tawarannya. Kemudian bertanya lagi, "Kejar Paket apa? B atau C?"

"Kejar Paket B." Jawab teman ini. Lalu dia melanjutkan, "Tapi, ini pembantu aku. Apa kamu enggak masalah ajarin dia?"

"Enggak. Aku senang dengan orang yang semangat belajar." Saya menjawab pertanyaannya.

***

Pemimpin-Pemimpin Sejati

Ada banyak artikel tentang kepemimpinan. Tetapi jarang saya temui pemimpin sejati. Hingga saya mengenal keluarga ini, Wiwi dan Inneke.

Kami mulai akrab saat Perayaan HUT Kemerdekaan RI tahun 2018. Sebelumnya, beberapa kali saya bertemu dan mengobrol dengan Inneke dan anak-anaknya. Tetapi, di momen 17 Agustus 2018, kami berinteraksi dari pagi hingga sore.

Setelah momen itu, Inneke menghubungi saya. Dia meminta saya mengajar asisten rumah tangganya, Retno. Sebab Retno ingin mengikuti Kejar Paket B.

Permintaan itu cukup mengagetkan. Pertama, saya melihat kepedulian Wiwi dan Inneke sangat besar pada Retno. Padahal peran Retno di rumah mereka hanya sebagai asisten rumah tangga.

"Baguslah ada inisiatif belajar. Daripada di rumah enggak ngapa-ngapain. Ketika anak-anak ke sekolah dan kita berdua kerja, dia kan enggak ada kerjaan. Daripada jenuh di rumah." Inneke menjelaskan.

Kedua, Wiwi dan Inneke menghargai dan menerima Retno sebagai bagian keluarga. Jarang seorang asisten rumah tangga dihargai seperti Retno.

Keluarga yang baik, banyak. Mereka memperlakukan asisten rumah tangga dengan layak. Gaji yang layak dan makanan yang layak.

Tetapi Retno dihargai dan diterima sebagai keluarga. Bahkan keinginan untuk Kejar Paket pun dipenuhi.

Ketiga, biaya Kejar Paket tidak murah. Namun mereka mengambil alih 80% biaya. Sedangkan 20% tetap menjadi tanggungan Retno. Yang mereka potong dari gajinya. Maksudnya, agar Retno tetap semangat dan bertanggung jawab untuk pilihannya.

Itu baru tiga kelebihan yang saya temukan. Namun, itu saja cukup mengagumkan. Banyak asisten rumah tangga diperlakukan baik dan layak. Tetapi sedikit yang dijadikan bagian dari keluarga.

Pepatah mengatakan, jika ingin mengetahui keburukan seorang Jenderal, bertanyalah pada pembantunya.

Saat mengajar Retno, saya juga tertarik mengenal Wiwi dan Inneke lebih jauh. Maka, diantara jam belajar, sesekali saya selipkan pertanyaan-pertanyaan seputar majikannya. Penasaran dengan respon Retno.

Dari sekian pertanyaan, tidak satupun saya temukan nada sumbang. Selalu kesan positif yang saya dapat. Sehingga boleh dikatakan, Wiwi dan Inneke adalah figur pemimpin yang tulen.

Penemuan keempat tentang Wiwi dan Inneke, ini bombastis. Retno meninggalkan kepercayaannya, sebab tertarik dengan kehidupan Wiwi dan Inneke.

Menurut Retno, perilaku mereka di rumah menyenangkan. Hidup dan menjadi bagian dari mereka membuat Retno tertarik mendalami kepercayaan Wiwi dan Inneke.

Ketika saya bertanya pada Retno, "Apakah kamu dipaksa?"

Jawab Retno, "Tidak, Bu. Saya yang mau, bahkan saya yang minta dibaptis. Setelah 6 bulan belajar di Basilea." Kemudian dia melanjutkan, "Setelah dibaptis, saya ikut SPK, Bu. Bahkan saya aktif di komsel. Tapi enggak mau satu komsel dengan Bapak dan Ibu."

Poin kelima, saat Retno ujian Kejar Paket. Ujian itu berlangsung selama satu minggu. Tempatnya di Kemayoran, Jakarta.

Dengan alasan 'agar fokus belajar' dan lokasi ujian yang jauh, Wiwi dan Inneke menyewakan kamar kost selama 1 minggu. Mengantar Retno ke tempat kost, sehari sebelum ujian. Lalu menjemput Retno setelah ujian selesai.

Pemimpin-pemimpin sejati bukan orang-orang yang luar biasa terkenal. Tetapi mereka yang lewat hidup kesehariannya mampu menyentuh dan mengubah orang di sekitarnya. Bukan dengan hal-hal yang dahsyat, tetapi lewat hal-hal remeh yang menyentuh. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun